Scroll Untuk Baca Artikel
Gaya Hidup

Mengenal Slompret Kematian yang Masih Eksis di Semarang, Peninggalan Belanda sebagai Tanda Berita Duka

×

Mengenal Slompret Kematian yang Masih Eksis di Semarang, Peninggalan Belanda sebagai Tanda Berita Duka

Sebarkan artikel ini
Slompret Kematian semarang
Salah satu warga Kampung Kentangan menunjukkan Slompret Kematian, terompet yang digunakan untuk mengabarkan berita duka. (Fadia Haris Nur Salsabila/beritajateng.tv)

SEMARANG, beritajateng.tv – Beberapa kampung di Kota Semarang masih memegang erat peninggalan pendahulunya. Salah satu yang masih dipertahankan ialah Slompret Kematian.

Slompret Kematian adalah pengabar berita duka atau tepatnya orang meninggal yang disampaikan lewat bunyi terompet. Bentuknya seperti gramofon, namun ada juga yang sudah berevolusi menjadi lebih kecil.

Advertisement
Scroll kebawah untuk lihat konten

Slompret Kematian masih eksis di beberapa kampung kuno di Kota Semarang. Kampung Kentangan, Kecamatan Semarang Tengah, menjadi salah satunya.

Muhammad Daffa, salah satu warga Kampung Kentangan menceritakan, kakeknya dulu mengemban kepercayaan warga untuk menyimpan seperangkat perkakas lelayu. Tak kecuali Slompret Kematian.

Menurut penuturan sang kakek, slompret merupakan penggambaran dari terompet sangkakala yang ditiup Malaikat Isrofil sebagai penanda datangnya kiamat. Bedanya, slompret menandai kiamat kecil atau saat manusia meninggal dunia.

“Saat kotak penyimpan suara slompret itu berbunyi, klotak-klotak, berirama. Kakek bilang, nggak lama lagi bakal ada yang mati,” ungkapnya kepada beritajateng.tv, belum lama ini.

BACA JUGA: Hidupkan Lagi Tradisi Lama, Masjid Kauman Semarang Gelar Nyumet Dung Pertanda Buka Puasa

Sementara itu, warga Kampung Kentangan lainnya, Tiktik bahkan dipercaya menjadi peniup slompret. Ia menyebut, kampungnya masih mempertahankan slompret karena speaker masjid sering tidak terdengar.

“Suaranya nggak senyaring slompret. Makanya warga masih minta saya untuk meniup kalau ada orang meninggal,” ucapnya.

Dalam meniup slompret, Tiktik biasanya menaiki sepeda mengelilingi kampung. Ia pun kini menjadi satu-satunya warga yang masih menjadi peniup slompret.

Tinggalkan Balasan