SEMARANG, beritajateng.tv – Di tengah hiruk pikuk kawasan Pecinan Kota Semarang, tampak bangunan tua berdiri dengan kokoh di tepi jalan. Namun siapa sangka di tempat persembahyangan gedung Rasa Dharma atau Boen Hian Tong itu terpajang lukisan Mantan Presiden Indonesia Abdurrahman Wahid. Bahkan, ada Sinci bertuliskan nama Gus Dur.
Pantauan awak beritajateng.tv, terdapat Sinci cokelat bertuliskan nama Gus Dur yang terukir indah bersanding dengan Sinci warna putih bertuliskan ‘Ita Martadinata Haryono’. Sinci merupakan papan kayu bertuliskan nama leluhur yang telah meninggal.
Adanya kedua Sinci di tempat persembahyangan tersebut tak lepas dari sejarah kelam yang menerpa keturunan Tionghoa di Indonesia tahun 1998 silam. Sinci putih pada barisan depan altar tersebut menyiratkan kisah yang memilukan.
Humas Perkumpulan Boen Hian Tong Ulin Nuha memaparkan bahwa Sinci itu untuk Ita Martadinata Haryono yang menjadi salah satu korban kerusuhan 1998.
Sinci Gus Dur, Ini Kisahnya
Menurut ceritanya, Sinci untuk menghormati kepergian Ita yang terbunuh dengan keji sebelum ia memberikan kesaksian di PBB. Kesaksian tersebut terkait kasus permerkosaan massal terhadap etnis perempuan Tionghoa tersebut ada sejak tahun 2021.
“Kenapa warnanya berbeda dengan Sinci GusDur yang coklat? Karena di kepercayaan masyarakat Tionghoa, putih itu melambangkan duka. Kematian Ita yang tragis itu adalah duka,” tuturnya kepada awak beritajateng.tv saat berbincang di Boen Hian Tong, Jum’at 19 Mei 2023.
Sosok Ita Martadinata bukan hanya korban, tetapi sosok yang berani bertahan dengan keadaan.
“Sinci Ita itu letaknya di situ (altar persembahyangan Bon Hian Tong) kepada Ita Martadinata. Ia bukan hanya korban, tapi dia orang yang berani, berani bertahan dengan keadaan,” ungkap Ulin.