BACA JUGA: Petakan Wilayah Kekeringan, Pemkot Semarang Beri Bantuan Air Bersih
Krisis air layak konsumsi, warga Kelurahan Jabungan akui air dari sumur bor dan PAM hanya bisa untuk mandi
Tak jauh dari kediaman Karyitno, beritajateng.tv menemui warga yang bermukim dekat Masjid Al Hidayah, Sidoro, Kelurahan Jabungan. Adapun Masjid tersebut menjadi tempat pembagian air layak konsumsi kepada warga.
Menyoal kekurangan air akibat kekeringan, salah satu warga Kelurahan Jabungan Rudinah (67) menyebut daerahnya tidak kekurangan air. Hanya saja air yang mengalir sedikit lebih lambat akibat debit air yang mengecil karena musim kemarau.
Ia menyebut, air layak konsumsi selalu ada pembagian setiap hari Senin di Masjid Al Hidayah sejak 3 (tiga) minggu lalu. Menurut keterangannya, warga Kelurahan Jebungan pun antusias untuk mengambil air bantuan tersebut.
“Airnya alhamdullilah kecukupan. Air PAM untuk mandi. Air sumur bor itu ada kapurnya. Jadi air bantuan yang di kasih di Masjid itu untuk konsumsi,” ucap Rudinah.
Rudinah berharap agar warga di Kelurahan Jebungan ke depannya dapat mengakses air layak konsumsi dengan mudah. Tak harus menunggu bantuan air setiap hari Senin dari Pemerintah setempat.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang Mochamad Abdul Hakam membenarkan bahwa sumber air Kelurahan Jabungan tidak direkomendasikan untuk dikonsumsi.
“Informasi dari teman-teman saya yang di puskesmas Padangsari, mereka kan mengampu Kelurahan Jabungan, itu kemarin sampling yang di sumber sendang (sumber air di Kelurahan Jebungan) itu juga hasil sampling kita ternyata tidak kita rekomendasikan,” ucap Hakam melalui sambungan telepon, Jumat, 30 Juni 2023.
Berdasarkan pemaparannya, sumber air di kelurahan tersebut mengalami tingkat kekeruhan yang melebihi batas. Sehingga pihaknya tak menyarankan air itu warga konsumsi. Hakam juga menyarankan kepada pemerintah setempat untuk lekas mengganti sumber air.
“Hasilnya sudah kami sampaikan ke Pak Lurah. Waktu di lintas sektor bulan Mei sudah tersampaikan ke kecamatan dan kelurahan. Waktu air di periksa, airnya tidak memenuhi syarat. Apalagi fisiknya sudah berubah dan airnya mengandung bahan kimia yang berbahaya. Itu harus di ubah sumbernya,” pungkasnya. (*)
Editor: Mu’ammar Rahma Qadafi