“Tidak ada (warga domisili Terboyo Wetan yang menerima dana ganti untung), itu rata-rata milik konglomerat,” ujar Faizin.
Ia pun mengaku tak mengantongi alamat warga Terboyo Wetan terdata yang menerima dana ganti untung miliaran tersebut. Setali tiga uang, Lurah Terboyo Kulon, Bambang Bagyo S pun mengungkap hal yang sama.
Saat wartawan menemuinya langsung di Kantor Kelurahan Terboyo Kulon pada Rabu, 20 Desember 2023, Bagyo menyebut ia tak mengetahui dengan jelas terkait warganya yang menerima dana ganti untung itu. Menurutnya, warga terdata rata-rata tak berdomisili di wilayahnya dan merupakan bos-bos besar.
“Kebanyakan yang menerima itu bukan warga asal sini. Mungkin warga sini yang menerima itu persenan dari ganti untung ya, yang kerjanya menggarap tanah terdampak tol itu,” ujar Bagyo.
Usai mengonfirmasi kepada lurah terkait, beritajateng.tv mencoba mendatangi beberapa alamat rumah warga terdata ganti untung tol Semarang-Demak. Salah satunya Sartono yang beralamat di Kelurahan Pandean Lamper, Kota Semarang. Sayangnya, Sartono tak berada di lokasi pada saat itu. Istri Sartono mengungkap, tanah terdampak yang berlokasi di Terboyo Wetan itu bukan milik Sartono, melainkan milik bosnya.
Kaget rumah didatangi banyak orang
Menurut keterangan istrinya, Sartono mendapat tugas dari bosnya untuk mengikuti seremoni serah terima ganti untung yang Pemprov Jateng dan Pemkot Semarang gelar pada waktu itu. Usai namanya tercatat pada data penerima ganti untung, istrinya mengaku kaget lantaran ramai orang yang mendatangi rumahnya.
“Negosiasi terkait nominal bukan dengan Pak Sartono, tetapi langsung dengan bosnya, Bapak memang sering mewakili bosnya dan sudah bekerja 30 tahun lebih, seperti orang kepercayaan lah istilahnya. Sebelumnya ada juga orang bank yang kesini, Pak Sartono juga sudah bilang ke saya sebelumnya kalau nanti mungkin akan banyak orang yang datang ke rumah ini karena namanya tercantum,” ujarnya, Kamis 21 Desember 2023.
Bu Sartono, sapaannya, pun tak tahu dengan pasti jumlah petak tanah maupun persenan yang suaminya terima dari ganti untung Tol Semarang-Demak yang masuk ke kantong bosnya itu.
Selepas berkunjung ke rumah Sartono, beritajateng.tv mendatangi rumah salah satu warga Terboyo Kulon yang terdata, yakni Mas’oed cs, warga Masjid Terboyo. Berbeda dengan warga terdata yang merupakan bos luar Genuk, Mas’oed cs atau keluarga Mas’oed itu merupakan pemilik asli tanah terdampak Tol Semarang-Demak yang memang berdomisili di Kelurahan Terboyo Kulon.
Namun Mas’oed saat itu sedang pergi bekerja. Salah seorang kerabat Mas’oed yang merupakan bibinya menyambut beritajateng.tv dan berbicang sedikit tentang ganti untung Tol Semarang-Demak.
Tujuh keluarga dapat bagian ganti untung
Bibi Mas’oed mengaku tak ada kesulitan maupun negosiasi sengit saat Pemerintah memutuskan nominal ganti untung tanahnya yang terdampak Tol Semarang-Demak.
Untuk mempermudah proses itu, keluarga Mas’oed mengaku menggunakan jasa pengacara. Sehingga, ia tak mengetahui secara spesifik berapa bidang tanah dan nominal pasti ganti untung yang Mas’oed peroleh. Kendati demikian, ia menyebut penyerahan dana itu berlangsung lancar dan seluruh uangnya telah keluarga terima.
“Kalau untuk luas hektarenya saya kurang paham, karena yang datang langsung itu Pak Mas’oed dan pengacara. Dana yang diterima langsung dibagi waris kepada 7 keluarga, entah dananya untuk apa belum tahu, yang penting semuanya clear dan sudah dibagikan kepada masing-masing keluarga,” ujar Bibi Mas’oed.
Sejumlah penggarap lahan di Kelurahan Terboyo Kulon juga mendapat persenan dari pemilik tanah yang telah mengantongi miliaran rupiah atas ganti untung Tol Semarang-Demak itu.
Tokoh masyarakat yang tergabung dalam Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) Kelurahan Terboyo Kulon, Musbikin membenarkan keterangan Lurah Terboyo Kulon dan Terboyo Wetan. Ia menyatakan bahwa pemilik tanah itu mayoritas merupakan bos besar luar Genuk.
Para penggarap lahan ikut dapat persenan
Pihaknya yang juga menjadi Pembina Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) Terboyo Kulon itu mengungkap, semestinya penggarap tanah asal kelurahannya yang mendapat persenan tersebut berjumlah 8 orang. Hanya saja, penggarap yang menerima persenan baru setengahnya.
“Yang sudah dapat itu ada empat orang, sisanya belum, mungkin menunggu yang punya tambak (tanah terdampak) itu. Kan yang namanya bos sibuk ya, tetapi mereka pasti tetap dapat dan tidak dipersulit oleh pemilik tanah,” ujar Musbikin.
Jumlah yang penggarap dapatkan, atau yang ia sebut petani itu, cukup fantastis. Menurut keterangannya, penggarap tersebut menyewa secara tahunan kepada pemilik tanah terdampak Tol Semarang-Demak dengan membayarkan nominal jutaan rupiah per tahunnya. Jumlahnya tergantung luas tanah garapannya.
“Penggarap sistemnya sewa, ada yang bayar sampai Ro 10 juta, ada yang Rp 3 jutab sampai Rp 5 juta, tergantung luas tanahnya. Untuk penggarap, kalau bosnya royal ada yang ditransfer sampai Rp 420 juta dari uang ganti untung yang bosnya terima,” terang Musbikin.
BACA JUGA: Tolak Skema Tanah Musnah Tol Semarang-Demak, Ratusan Warga Bendono Demo di Depan Kantor Ganjar
Meski telah mendapat persenan hingga ratusan juta rupiah, Musbikin menuturkan, penggarap itu masih akan tetap bekerja hingga sabuk pantai dan kolam retensi sudah mulai terbangun. Menurutnya, uang yang para penggarap terima tak langsung untuk membeli barang mewah seperti mobil dan berbagai barang lainnya.
“(Penggunaan uang persenan) Tergantung orangnya, biasanya ada penggarap yang memberi ke tetangga berstatus janda, kemudian yang dulu ngewangi (membantu) mereka pun dapat, uangnya juga untuk membiayai anak-anak kecilnya yang masih sekolah,” tutur Musbikin.
Musbikin menyebut para bos besar pemilik tanah sudah menjadi miliarder sebelum menerima ganti untung tersebut. Uniknya, ia bertaruh bahwa bos pemilik tanah ganti untung itu tak akan tahu persis tanahnya tanpa para penggarap tunjukkan.

“Tidak ada fenomena miliarder dadakan, yang punya itu sudah Sultan, ya tambah Sultan lagi. Ia punya tanah tetapi kalau disuruh tunjuk tanahnya tidak paham, karena yang paham ya penggarap atau pribuminya Terboyo Kulon itu,” bebernya.
Khawatir puluhan nelayan tak bisa melaut
Kendati pemerintah telah menggelontorkan dana ganti untung kepada pemilik tanah dan penggarap, namun menurutnya ancaman yang belum terselesaikan ada pada para nelayan Terboyo Kulon.
Alasannya, pembangunan Tol Semarang-Demak nantinya akan bersamaan dengan pembuatan kolam retensi. Musbikin menyebut, adanya kolam retensi terbesar di Jawa Tengah itu membuat 30 nelayan Terboyo Kulon terancam tak bisa melaut dan membuat mereka kehilangan pendapatan.
“Kolam retensi itu kan tidak bisa diolah karena itu air hujan dari kawasan limbah Genuk. Tidak mungkin itu untuk mengembangkan ikan,” terangnya.
BACA JUGA: Pembangunan Tol Semarang-Demak Masih Terkendala Pembebasan Lahan Terendam Air
Musbikin mengaku, pihaknya telah mewakilkan nelayan untuk berkomunikasi dengan pemerintah setempat, utamanya dalam memberikan tali asih bagi para nelayan Terboyo Kulon. Namun, hingga kini nelayan tersebut belum mendapat bantuan dari pemerintah atas pembangunan Tol Semarang-Demak.
“Masalah tol ini sebenarnya bukan ganti untung tanah, penggarap tanah itu kan bisa dapat modal dari persenan. Saat ini nelayan yang belum mendapat tali asih. Saat kolam retensi itu jadi, nelayan pasti kehilangan pekerjaannya, yang setiap pulang bisa membawa minimal Rp 150 ribu itu sekarang sudah tidak bisa bekerja lagi,” paparnya.
Lelaki paruh baya itu berharap, pemerintah dapat memperhitungkan nasib nelayan yang turut terdampak pembangunan tersebut.
“Misalkan ada tali asih untuk nelayan kan istrinya bisa usaha di rumah, itu lumayan. Pemerintah sendiri bilang ‘adanya pembangunan kalau bisa jangan merugikan masyarakat setempat, kalau bisa menguntungkan masyarakat. Tetapi kenyataannya masih ada yang rugi dan nasibnya luntang-lantung,” tandasnya. (*)
Reporter: Made Dinda Yadnya Swari, Elly Amaliyah
Editor: Ricky Fitriyanto