Revisi atau pelurusan dari pada penulisan ulang sejarah
Harjanto berpendapat bahwa lebih baik melakukan pelurusan sejarah dari pada menulis ulang sejarah.
“Ada fakta-fakta sejarah yang perlu di luruskan, ada yang perlu di ungkap gitu. Menurut saya mungkin nggak usah penulisan ulang sejarah tapi mungkin per topiklah pelurusan sejarah ya kan supaya yang terjadi sebenarnya seperti ini,” tuturnya.
Dia juga menyatakan bahwa penulisan ulang sejarah ini pasti menimbulkan kontroversi. Oleh karena itu, penulisan ulang sejarah ini harus terlaksana secara objektif dan tidak perlu mengeluarkan pernyataan yang mengundang pro dan kontra.
Penulisan ulang sejarah harus benar-benar sesuai dengan peristiwa yang terjadi. Baik buruknya peristiwa yang terjadi di masa lalu akan tetap menjadi sejarah sebuah bangsa.
“Jangan takut untuk mengakui, sejarah bangsa di dunia mana pun nggak ada bangsa yang perjalanannya itu mulus dan benar semua,” katanya.
Dia berharap penulisan ulang sejarah ini tidak menuliskan peristiwa-peristiwa baik saja.
“Kejujuran, mengakui yang terjadi dan itu di jadikan pembelajaran itulah yang menjadikan sebuah bangsa menjadi bangsa yang besar dan dewasa. Tapi mudah-mudahan akan didapatkan penulisan sejarah yang lebih objektif,” lanjutnya.
BACA JUGA: Kontroversi Fadli Zon soal Penulisan Sejarah Ulang, Bambang Pacul: Jangan Intervensi Sejarawan
Harjanto kembali menegaskan bahwa masalah perekonomian di Indonesia harus mendapatkan fokus lebih dari pemerintah karena kemungkinan penulisan sejarah akan ada di setiap masa pemerintahan.
“Menurut saya apapun upayanya di pemerintahan sekarang, nanti pemerintahan berikutnya mungkin akan ada penulisan sejarah lagi kan. Tapi kalau di tanya urgensinya sekarang ya ekonomi sedang begini mungkin pemerintah fokus di masalah ekonomi dululah,” tegasnya. (*)
Editor: Farah Nazila