Jateng

Kenang Tragedi Mei 1998, Boen Hian Tong Semarang: Harus Berani Lawan Kejahatan HAM, Jangan Takut Tekanan

×

Kenang Tragedi Mei 1998, Boen Hian Tong Semarang: Harus Berani Lawan Kejahatan HAM, Jangan Takut Tekanan

Sebarkan artikel ini
Mei 1998
Salah seorang pengunjung menaruh bunga pada altar Sinci Ita Martadinata di Gedung Boen Hian Tong, Kota Semarang, Sabtu, 17 Mei 2025. (Made Dinda Yadnya Swari/beritajateng.tv)

SEMARANG, beritajateng.tvTragedi 1998 meninggalkan luka dan memori kelam bagi etnis Tionghoa di Indonesia. Meskipun sudah 27 tahun berlalu, bulan Mei tak bisa lepas dari ingatan hitam sejarah Indonesia.

“Abaikan Nama Baik, Lawan! Laporkan” menjadi tema yang Perkoempoelan Boen Hian Tong angkat untuk memperingati 27 tahun tragedi Mei 1998 pada Sabtu, 17 Mei 2025 malam.

Bertempat di Kawasan Pecinan Kota Semarang, peringatan itu diawali dengan doa bersama sekaligus mengenang penyintas tragedi 1998, Ita Martadinata.

Ita tewas secara misterius tak lama sebelum ia berencana bersaksi di sidang PBB terkait rudapaksa massal pada tahun ’98 silam.

Harumnya dupa yang mengiringi suara dari pukulan gong kecil membuat hening seisi ruangan Boen Hian Tong. Perwakilan peserta yang hadir berbaris rapi, berdoa, dan menancapkan dupa atau hio pada altar yang berisi Sinci penghormatan untuk Ita Martadinata.

Sejak 2018, Boen Hian Tong secara rutin mengenang tragedi Mei ’98. Ritual mengulek rujak pare bunga kecombrang pun tak luput dari peringatan ini.

BACA JUGA: Kisah Anastasya Jadi Saksi Tragedi 1998 di Jakarta, Kini Trauma Ruangan Gelap dan Idap Sakit Jantung

Tragedi Mei 1998 masih torehkan luka bagi etnis Tionghoa

Ketua Panitia Acara Mengenang Tragedi Mei 98, Rudi Hartano, mengungkap sejarah kelam itu masih menorehkan luka hingga kini bagi penyintas maupun etnis Tionghoa.

“Kita mengenang tragedi 1998 yang sudah meninggalkan luka mendalam. Tragedi tidak hanya menimbulkan korban jiwa dan kerusakan fisik, tapi berdampak emosional yang berkepanjangan hingga hari ini,” ungkap Rudi dalam sambutannya.

Diambilnya tema yang baginya cukup berani, “Abaikan Nama Baik, Lawan! Laporkan”, bukan tanpa alasan. Ia ingin kebenaran maupun keadilan Hak Asasi Manusia (HAM) mesti diperjuangkan, tak boleh dibungkam oleh pribadi maupun kelompok yang berkepentingan.

“Tema lawan dan laporkan ini mengingatkan kita bahwa kebenaran dan keadilan tidak boleh dibungkam pribadi maupun kelompok. Kita harus punya keberanian untuk melawan kejahatan HAM, tanpa takut konsekuensi atau tekanan,” tegas dia.

Rudi ingin peringatan Mei 1998 ini bukan sekadar untuk mengenang peristiwa kelam yang mencoreng sejarah Indonesia. Melainkan, ia ingin peringatan ini bisa menjadi refleksi untuk membangun bangsa yang lebih baik.

Simak berbagai berita dan artikel pilihan lainnya lewat WhatsApp Channel beritajateng.tv dengan klik tombol berikut:
Gabung ke Saluran

Tinggalkan Balasan