SEMARANG, beritajateng.tv – Sebanyak 80 juta orang tercatat sebagai penutur bahasa Jawa menurut data survei dari Badan Pusat Statistik (BPS). Namun, jumlah tersebut kini mengalami pengurangan dengan angka turun hingga 0,8 persen.
Dosen Program Studi (Prodi) Sastra Indonesia Undip Ken Widyatwati membenarkan hal tersebut. Menurutnya, perubahan teknologi dan informasi menjadi penyebab utama dari lunturnya penggunaan bahasa Jawa di era modern seperti saat ini. Terlebih, anak-anak lebih mendapat dorongan untuk menggunakan bahasa asing dalam berkomunikasi sehari-hari.
“Kita lihat dari penelitian yang ada, memang ada sinyalir (penutur) bahasa Jawa berkurang, terutama bahasa krama. Kecenderungan ini mungkin terjadi karena perubahan teknologi dan informasi di masyarakat. Yang mana untuk kalangan ibu-ibu muda, khususnya pasangan muda, saat ini mereka lebih banyak atau lebih memilih mengajarkan anak-anak mereka dalam keseharian menggunakan bahasa asing atau mungkin menggunakan bahasa Indonesia,” ucap Widyatwati saat beritajateng.tv hubungi, Minggu, 23 Juli 2023.
BACA JUGA: Unik! Tunjukkan Kecintaan akan Budaya Lokal, Dosen Bahasa Inggris Ini Tulis Novel Berbahasa Jawa
Bukan tanpa alasan, orang tua muda kerap merasa anak mereka akan terlihat lebih orang anggap cerdas jika mampu bertutur menggunakan bahasa asing, salah satunya bahasa Inggris. Stigma sebagai orang tua baik pun akan mereka dapatkan jika berhasil mendidik anak lancar berbahasa asing.
“Atau mungkin juga beberapa faktor yang lain adalah mereka (ibu muda) itu tidak bisa berbahasa krama juga, terutama krama inggil, ya, karena mereka juga tidak diajarkan berbahasa krama oleh orang tuanya, tapi kalau ngoko mungkin akan berbeda,” sambungnya.
Penutur bahasa Jawa kian krisis
Melihat dari lingkungan sekitarnya, akademisi Fakultas Ilmu Budaya Undip tersebut merasa saat ini penggunaan bahasa Jawa tengah mengalami krisis. Pasalnya, mata pelajaran bahasa Jawa di sekolah justru menjadi momok yang begitu sulit bagi kebanyakan siswa. Padahal, siswa tersebut hidup bersama dengan penduduk yang merupakan penutur bahasa Jawa.
“Krisis, sih, sudah, ya, karena (terjadi) di lingkungan saya sendiri, di RT saya, di keseharian, hampir 90 persen antara orang tua dengan anaknya, terutama di kalangan anak muda. Bahkan sekarang di Indonesia, lebih banyak pasangan muda yang punya anak kecil itu kecenderungan mereka menggunakan bahasa Indonesia, tidak lagi mengajarkan bahasa Jawa kepada anak-anaknya yang baru lahir,” bebernya.