Selain catatan untuk jalur tol, Polda Jateng turut menggaris bawahi jalur arteri, yakni Jalur Pantura dan Jalur Pansela.
“Jalur Pantura banyak u-turn, kurangnya penerangan jalan, rambu lalu lintas minim, dan jalan bergelombang serta berlubang,” ujarnya.
Sementara itu untuk jalur Pansela, kekurangan yang harus pemudik waspadai ialah terdapat 9 konstruksi jalan/jembatan di Jawa Tengah.
Sama halnya dengan jalur Pantura, Jawa Tengah bagian selatan pun, tutur Luthfi, masih kurang rambu, marka, hingga penerangan jalan.
Peta jalur mudik jalan tol Lebaran 2024 di Jateng
Dalam kesempatan itu, Polda Jateng juga menunjukkan peta jalur mudik Jawa Tengah menjadi 5 bagian.
Adapun jalur tersebut ialah jalur tol (347 kilometer), jalur Pantura (367 kilometer), jalur tengah (555,6 kilometer), jalur selatan (250,5 kilometer), dan JLSS (211,9 kilometer). Berikut rinciannya:
- Jalur Tol (347 kilometer): Brebes-Tegal-Pemalang-Pekalongan-Kendal-Semarang-Salatiga-Boyolali-Sukoharjo-Sragen dan Sayung Demak
- Jalur Pantura (367 kilometer): Brebes-Tegal Kota-Pekalongan-Batang-Demak-Kudus-Pati-Rembang-Blora
- Jalur Selatan (250,5 kilometer): Cilacap-Kebumen-Purworejo-Yogyakarta-Wonogiri
- JLSS (211,9 kilometer): Banyumas-Rowokele-Ayah-Jatijajar-Grabag-Kulon Progo (DIY)
- Jalur Tengah (555,6 kilometer): Brebes-Tegal-Banyumas-Purbalingga-Banjarnegara-Wonosobo-Temanggung-Magelang-Semarang-Salatiga-Surakarta
Lebih lanjut, Luthfi juga membeberkan jika terjadi lonjakan di tol Jawa Tengah. Menurutnya, akan ada pengalihan kendaraan ke tol lokal jika memang perlu. Hal itu akan berdampak pada daerah aglomerasi seperti Semarang Raya dan Pekalongan Raya.
“Pemberlakuan tol secara nasional dari kilometer 0 sampai Kalikangkung. Begitu durasinya naik, Dirlantas untuk pengendaliannya dilakukan tol lokal. Kalau sudah tidak muat one way nasional akan berlaku tol lokal sampai Bawen bahkan Solo,” tandasnya. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi