“Ini yang akan melintas kereta Argo Muria, setelah baru itu Kaligung. Biasanya habis Kaligung bubar, karena udah sore,” sambungnya.
Nostalgia suasana stasiun kereta api zaman dulu
Hal yang sama juga disampaikan oleh Sudarsono. Pria berusia 60 tahun ini membawa sang cucu untuk melihat kereta api yang melintas.
Ia sendiri merupakan warga asli sekitar Stasiun Poncol; tak heran jika keluarganya sudah tak asing lagi dengan suara bising kereta api.
“Umurnya 1 tahun 2 bulan, awalnya takut tapi sekarang udah biasa sama suara kereta,” katanya.
BACA JUGA: Banjir Mulai Surut, Stasiun Semarang Tawang Bank Jateng Kembali Layani Naik Turun Penumpang
Seperti halnya Sukardi, Sudarsono juga hafal betul jadwal kereta yang hendak melintas. Selain menemani sang cucu, nongkrong di pinggir rel kereta api juga seperti nostalgia baginya.
Berbeda dengan kondisi saat ini, Sudarsono menyebut jika Stasiun Poncol pada waktu ia kecil masih belum tertata seperti sekarang. Bahkan, kala itu ia sering menjadi penumpang ilegal kereta.
“Dulu stasiun belum seketat sekarang, naik kereta bebas enggak pakai tiket, enggak bayar. Masih banyak asongan juga,” imbuhnya. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi