Data itu, kata dia, memperparah krisis kesehatan karena penyakit gula merupakan “ibu” dari berbagai penyakit komplikasi lainnya yang tidak dapat sembuh. Apalagi, penyakit gula kini kerap menyerang kelompok usia yang lebih muda.
“Masyarakat harus segera menyadari pentingnya deteksi dini dan upaya menjalankan pola hidup sehat sedini mungkin,” katanya.
Yunir menggarisbawahi, untuk mendapatkan manfaat kesehatan yang lebih optimal, WHO merekomendasikan batas harian konsumsi gula sebesar 25 gram. Atau, setara dengan dua sendok makan. Sayangnya, jumlah ini kerap terlampaui karena masih banyak orang Indonesia yang sering mengonsumsi makanan dan minuman manis.
BACA JUGA: Duh! Pabrik Gula Merah Palsu di Blora Terindikasi Mengandung Bahan Pengawet Berbahaya
“47,5 persen orang Indonesia mengonsumsi minuman manis minimal satu kali per hari. Mereka yang mengonsumsi minuman manis tinggi gula 1-2 saji per hari, berisiko 26 persen lebih besar terkena penyakit gula,” katanya.
Belum lagi dengan ancaman obesitas dan penumpukan lemak yang menghantui mereka yang sering mengonsumsi makanan atau minuman manis. Sementara kegemukan juga menjadi faktor risiko penyakit gula tipe 2.
“Oleh karena itu, menjaga asupan gula sebagai bagian dari pola makan sehat sangatlah penting. Yakni, untuk menekan risiko kencing manis dan untuk para penderita penyakit gula. Salah satunya dengan memilih alternatif pemanis rendah kalori,” tandasnya. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi