SEMARANG, beritajateng.tv – Sidang lanjutan kasus korupsi di Pemkot Semarang yang menyeret Eks Walikota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu (Mbak Ita) dan suaminya Alwin Basri menghadirkan empat saksi.
Salah satunya, Kepala Bidang Pendataan dan Pendaftaran Pajak Bapenda Kota Semarang, Binawan Febrianto. Binawan merupakan orang yang intens berkomunikasi dengan Alwin Basri dan Indriyasari, Kepala Bapenda Kota Semarang.
Dalam keterangannya, Binawan menyebut Alwin Basri memberi bocoran bahwa Bapenda telah menjadi target operasi (TO) KPK.
“19 Januari saya di video call pak Alwin untuk datang ke gedung PKK. Saya datang, tapi tidak membawa uang. Kemudian pak Alwin marah kepada saya, menyampaikan bahwa ‘tempatmu udah gak steril, tempatmu udah bocor dan menyebut kowe (kamu) di TO,” kata Binawan dalam persidangan di Pengadilan Tipikor Semarang, Rabu, 9 Juli 2025.
BACA JUGA: Suami Mbak Ita Ancam Mutasi Besar-besaran Pegawai Bapenda Jika Tak Setor Rp3 M
Menurutnya, ucapan Alwin Basri merujuk pada namanya yang masuk dalam Target Operasi (TO) KPK bersama dua nama pegawai lainnya.
“Saya sedikit kaget, kok saya di TO KPK ya,” Imbuhnya.
Dia menyebut, kebocoran tersebut yakni berkaitan dengan pemberian uang kepada Walikota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu (Mbak Ita) dan Alwin Basri. Uang tersebut bersumber dari iuran kebersamaan Pegawai Bapenda Kota Semarang.
Binawan membenarkan pemberian jatah tambahan operasional kepada Mbak Ita total berjumlah Rp1,2 miliar. Pemberian itu masing-masing terjadi pada triwulan IV 2022, serta triwulan I, II, dan III 2023.
Sementara, penyerahan jatah untuk Alwin Basri yang totalnya Rp1 miliar masing-masing pada Juli, dua kali pada Oktober, dan November 2024.
“Jatah Desember 2023 sebenarnya sudah di siapkan, namun belum di berikan. Pak Alwin minta agar disimpan dulu karena masih ada KPK,” katanya dalam sidang yang Hakim Ketua Gatot Sarwadi pimpin itu.
Di Januari 2024, lanjut dia, Alwin Basri sempat menagih jatah yang belum di berikan tersebut sebelum akhirnya marah karena kasus tersebut telah bocor ke KPK.
Pada 19 Januari 2024, Binawan dan Indriyasari dipanggil Mbak Ita untuk datang ke ruangannya. Tujuannya karena Mbak Ita ingin mengembalikan uang iuran kebersamaan.
“Staf Walikota menelfon saya untuk ke ruangan beliau dan di sana sudah ada bu Iin. Bu Ita mengatakan bahwa ‘ini uangnya saya kembalikan dan bukti terkait catatan catatan ini agar di hilangkan,” ujar Binawan.
“Saya hanya membantu membawa uang itu dari kantor bu Wali ke ruangan bu Iin,” imbuhnya.
