Scroll Untuk Baca Artikel
Gaya Hidup

Tegaskan Fast Fashion Bisa Ancam Lingkungan, Rektor ITSK Sugeng Hartono Ungkap Bahaya Limbah Tekstil

×

Tegaskan Fast Fashion Bisa Ancam Lingkungan, Rektor ITSK Sugeng Hartono Ungkap Bahaya Limbah Tekstil

Sebarkan artikel ini
Fast Fashion
Aktivis lingkungan sekaligus Rektor Institut Teknologi Sains dan Kesehatan (ITSK) Sugeng Hartono, Dr. Ir. Djoko Suwarno, M.Si.. (Foto: Tangkap layar TVRI)

SEMARANG, beritajateng.tv – Dalam era modern yang serbacepat, tren mode semakin terdorong oleh industri fast fashion yang menghasilkan produk-produk murah dan massal. Namun, di balik kilau gemerlapnya, aktivis lingkungan seperti Dr. Ir. Djoko Suwarno, M.Si., telah memperingatkan tentang bahaya besar yang timbul dari fast fashion terhadap lingkungan kita.

Djoko yang merupakan Rektor Institut Teknologi Sains dan Kesehatan (ITSK) Sugeng Hartono Solo Baru, Sukoharjo menjelaskan bahwa fast fashion adalah industri mode yang mengejar produksi cepat dan dalam jumlah besar, dengan bahan baku yang relatif murah. Tidak heran jika sebagai seorang pengamat lingkungan, Djoko menyebut bahwa salah satu masalah utama dari tren fesyen cepat adalah hasil produk fashion tersebut yang cenderung memiliki umur pakai yang pendek.

Lebih lanjut, menurut Djoko, dalam tren fesyen cepat masyarakat sering mengganti pakaian mereka sesuai dengan tren terbaru atau suasana hati. Sayangnya, kata Djoko, hal ini berkontribusi pada meningkatnya limbah tekstil.

BACA JUGA: Swiss-Belboutique Yogyakarta Siapkan Fashion Show Berkelas, Hadirkan Perancang Terkenal

“Bagi konsumen, fast fashion itu biasanya mereka pakai menyesuaikan dengan suasana atau kondisi yang mereka inginkan. Ini yang menjadikan kendala dan kembali lagi, apakah setelah tidak terpakai, fashion itu diolah kembali seperti apa,” kata Djoko saat dihubungi beritajateng.tv melalui sambungan telepon, beberapa waktu yang lalu.

Sesuai namanya, fesyen cepat cenderung tidak memiliki umur yang panjang. Padahal, dalam proses produksinya, kata Djoko, fast fashion memerlukan konsumsi energi besar, termasuk listrik dari PLN atau sumber daya lain seperti uap dari batubara. Dampaknya adalah polusi udara yang signifikan dari pabrik-pabrik produksi fast fashion.

Tidak hanya itu, limbah cair dari proses produksi ini dapat merusak kualitas air di sekitarnya. Limbah cair ini, jika pengelolaannya tidak baik, maka dapat mencemari sungai dan laut, mengganggu ekosistem perairan dan memengaruhi masyarakat yang bergantung pada sumber daya tersebut.

Fast Fashion sulit terurai

Rektor yang juga pernah menjadi dosen di Soegijapranata Catholic University (SCU) tersebut menyebut salah satu aspek yang paling merugikan dari fesyen cepat adalah penggunaan bahan-bahan yang sulit terurai. Baju-baju fast fashion sering kali berbahan tahan lama dan tahan akan kondisi alam ekstrem sekalipun.

Tinggalkan Balasan