“Selanjutnya perdebatan bansos. Itu (bansos) sudah lama, sejak dulu ada, tetapi kan tidak pernah keluarnya bulan Januari, bisa saja setelah itu dan seterusnya, bahkan secara normatif saja APBN tidak bisa cair di bulan-bulan seperti ini toh?” paparnya.
Hindiarto tanggapi gerakan civitas academica kritik Jokowi
Tak hanya itu, Hindiarto pun angkat bicara terkait gerakan civitas academica di seluruh Indonesia yang ramai-ramai kritik Jokowi. Meskipun tak lepas dari tuduhan kepentingan, Hindiarto memastikan tak ada ‘dalang’ di balik itu semua.
“Kalau dari lingkungan kampus, akademisi itu tidak punya intensi apa-apa, ya mau intensi apa coba? Kalau ada yang mengatakan ‘Wah, itu partisan’, mohon maaf. Tidak ada sama sekali,” bebernya.
Hal yang membuat pihaknya berani bersuara, tak lain dan tak bukan ialah kesadarannya sebagai akademisi untuk menjaga etika dan prinsip demokrasi agar tetap di jalur yang benar.
Bahkan, dosen filsafat di seluruh Indonesia yang juga menyerukan kritiknya kepada Jokowi secara terbuka, bagi Hindiarto menjadi puncak bahwa apa yang Presiden dua periode itu lakukan sudah begitu menyimpang.
“Teman-teman di banyak kampus sudah melihat ini melewati batas. Kalau untuk ukuran yang paling tinggi, mungkin kemarin semua sekolah tinggi filsafat. Itu yang menurut saya institusi akademik yang banyak belajar apa itu demokrasi, kebenaran, dan konstitusi. Kemarin kan seluruh sekolah tinggi filsafat di Indonesia yang jadi incaran,” tandasnya. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi