BACA JUGA: Walikota Agustina Ungkap Enam Prioritas Pembangunan Kota Semarang tahun 2026
Sementara pada tahun sebelumnya, yakni sepanjang tahun 2024, jumlah kasus ISPA tembus di angka 421.621 kasus.
Kasus ISPA sendiri, menurut Hakam, tergolong tinggi sebab termasuk menjadi penyakit yang paling dominan dialami warga di setiap Puskesmas Kota Semarang.
“Kalau ISPA, kan rata-rata dia menempati di tiga besar di hampir setiap Puskesmas ya,” ungkapnya.
Dia menyebutkan, sejumlah wilayah di Kota Semarang tercatat sebagai daerah dengan kerentanan tinggi terhadap ISPA. Di antaranya Kelurahan Kalisegoro, Ngijo, Karanganyar, Jabungan, dan Muktiharjo Lor.
Bukan di pusat kota, sebagian besar kasus ISPA justru terjadi di wilayah pinggiran Kota Semarang. Hakam menyebut, pencemaran udara menjadi salah satu penyebab utama tingginya kasus ISPA.
“Asap itu banyak sekali: asap rokok, asap kendaraan, asap dari pembakaran termasuk dari industri rumah tangga, industri skala besar. Itu semuanya adalah mengandung apa Mbak? CO, SO2, CO2. Nah, ini yang kalau kemudian jumlahnya melebihi nilai ambang batas, itu pasti juga akan berpengaruh terhadap kesehatan balita atau kelompok rentan,” terang Hakam.
Dia menambahkan, sebagai bentuk upaya pencegahan, Pemkot Semarang tengah menggencarkan Kawasan Tanpa Rokok (KTN). Selain juga mengimbau masyarakat untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.
“Jadi orang yang sedang merokok itu harus ditempatkan sendiri. Jangan sampai kemudian di tempat umum atau mungkin malah justru di (sekitar) anak-anak kecil. Karena itu pasti akan berisiko terhadap ISPA, pneumonia, bahkan tuberkulosis,” terangnya.
Dia menambahkan, juga mengajak masyarakat mendukung Kota Semarang menjadi green city.
“Maka mari kita sekarang itu mengupayakan green factory. Semarang punya tagline green city, maka semuanya harus mengikuti. Kalau ada pabrik baru, berarti harus ada taman yang lebih gede ‘besar’ yang mesti dibangun. Kalau misalnya ada yang udud ‘merokok’ sembarangan, itu yang harus ada ketegasan melalui Perda (peraturan daerah),” imbuhnya. (*)
Editor: Elly Amaliyah