“Ini merupakan apresiasi yang luar biasa. Tentu tidak mudah dan banyak tantangan untuk mendapatkan apresiasi pelestarian berkelanjutan cagar budaya. Pemerintah Kota Semarang juga sudah sering mengedukasi masyarakat. Tapi memang mungkin ada sebagian pemilik bangunan yang belum merelakan jika jalan tutup untuk kendaraan. Tapi ini sudah mulai bertahap, di mana setiap akhir pekan ada penutupan beberapa jam,” tuturnya.
Kota Pelestarian Berkelanjutan Cagar Budaya
Menindaklanjuti hal tersebut, Mbak Ita tetap berkomitmen untuk terus mensosialisasikan dan mengedukasi masyarakat terkait pentingnya menjaga bangunan cagar budaya.
Sehingga, ia berharap setiap peraturan yang berlaku di area Kawasan Semarang Lama sebagai Cagar Budaya dapat masyarakat patuhi secara luas.
Dalam acara tersebut terdapat 2 Kategori Penghargaan dari Kementerian PUPR, yakni Pelestarian Berkelanjutan. Dan Capaian Optimalisasi Kinerja Tempat Pengelolaan Sampah Reuse, Reduce, dan Recycle (TPS-3R).
Penilaian apresiasi cagar budaya berkelanjutan sendiri dilakukan kepada 15 kabupaten/kota yang memiliki komitmen dalam pelestarian kota pusaka. Dengan kriteria penilaian meliputi tata kelola dan kelembagaan, olah desain, informasi edukasi dan promosi, ekonomi pusaka, pengembangan kehidupan kebudayaan.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono menyampaikan apresiasi kepada Pemerintah Kabupaten/Kota yang terus menunjukkan komitmennya. Dalam melaksanakan pelestarian kota berkelanjutan dan peningkatan manajemen TPS-3R.
“Saya kira dengan penilaian kota-kota pelestarian berkelanjutan dan manajemen TPS-3R yang baik. Saya ingin memberikan apresiasi bukan hanya Rp 3 miliar namun semua peraih penghargaan masing-masing mendapatkan Rp 5 miliar. Bukan berbentuk uang, tetapi program pembangunan di Cipta Karya untuk tahun 2024,” kata Basuki. (*)
Editor: Elly Amaliyah