SEMARANG, beritajateng.tv – Gelombang ekuatorial Rossby yang sempat disebut memicu hujan deras hingga banjir di Bali dikabarkan bergeser ke Pulau Jawa. Namun, Stasiun BMKG Ahmad Yani Semarang memastikan gelombang tersebut tidak aktif di Jawa Tengah dalam waktu dekat.
Prakirawan BMKG Ahmad Yani Semarang, Rany Puspita Eka Wati, menyampaikan tidak ada gelombang Rossby yang melintas selama tujuh hari ke depan di Jawa Tengah dalam pantauannya. Hal itu Rany ungkap saat beritajateng.tv jumpai di kantornya, Jumat, 12 September 2025.
“Kita fokus di Jawa Tengah ya, untuk gelombang ekuatorial Rossby sendiri pantauan kami dalam 7 hari ke depan itu tidak aktif atau tidak berada di wilayah Jawa Tengah, yang aktif hanya MJO saja dan itu cukup memengaruhi pertumbuhan awan-awan hujan di wilayah Jawa Tengah,” jelas Rany.
Kendati begitu, Rany tetap mengingatkan adanya potensi hujan di beberapa daerah akibat dinamika atmosfer harian dan aktivitas gelombang lain.
“Kalau untuk potensi hujannya sendiri, karena setiap wilayah itu berbeda-beda termasuk dari topografi dan faktor lainnya, untuk Jawa Tengah sendiri tidak menutup kemungkinan ada potensi hujan, karena masih ada beberapa dinamika atmosfer yang aktif selama tujuh hari ke depan,” sambung dia.
BACA JUGA: Jateng Masuk Musim Pancaroba, BMKG Ahmad Yani Semarang: Waspada Hujan Lebat 16-17 September
Bukan gelombang Rossby, BMKG sebut fenomena MJO yang picu hujan di Jawa Tengah
Menurutnya, dinamika atmosfer yang paling berpengaruh pada turunnya hujan di Jawa Tengah justru fenomena Madden-Julian Oscillation (MJO).
Fenomena itu, kata Rany, masih aktif hingga sepekan ke depan dan berkontribusi pada pertumbuhan awan hujan.
“Untuk tujuh hari ke depan yang sudah terlihat itu MJO, masih aktif tujuh hari ke depan dan dia bisa mempengaruhi pertumbuhan awan-awan hujan di wilayah Jawa Tengah,” tambahnya.
Terkait kemungkinan gelombang Rossby muncul di Jawa Tengah setelah sepekan mendatang, Rany menekankan BMKG tetap memerlukan pantauan lanjutan.
Berdasarkan data yang ia peroleh, gelombang Rossby yang sempat melanda Pulau Bali tidak berada di wilayah Jawa Tengah untuk tujuh hari ke depan.
Namun, kata Rany, fenomena ini tetap perlu diperhatikan karena pergerakan gelombang atmosfer bisa bersifat mingguan atau bahkan bulanan. Rany pun menjelaskan setiap gelombang membawa pengaruh berbeda, tergantung kondisi wilayah yang dilintasi.
Baik itu gelombang Rossby, gelombang Kelvin, maupun fenomena MJO, kata Rany, termasuk jenis gelombang atmosfer yang berpotensi memicu pertumbuhan awan hujan saat aktif.
Ia menerangkan, ketika gelombang atmosfer berada di wilayah tertentu, hujan bisa muncul tiba-tiba dengan intensitas meningkat.
“Saat mereka [gelombang] lewat, memang ada potensi terjadi hujan. Mungkin sebelumnya tidak hujan, tiba-tiba intensitasnya bisa meningkat atau yang tadinya tidak hujan jadi hujan,” ujar Rany.