“Kita sendiri kadang tidak bisa di-predict (diprediksi). Tadi kan pernah sejarahnya Pak Mahfud MD (diduga menjadi Cawapres Jokowi), tapi 15 menit sebelum pendaftaran saja bisa berubah,” ucapnya.
Tak perlu baper hadapi Pilpres mendatang
Atas perubahan yang sangat mungkin terjadi, Wahyudin mewanti-wanti masyarakat dan seluruh pihak lain untuk tidak ambil perasaan atau ‘baper’ dalam kontestasi Pilpres mendatang. Terlebih, esensi utama Pilpres baginya yakni memilih Capres yang bisa membuat keadaan masyarakat jadi lebih baik.
“Jangan baper ajalah di Pilpres, karena semuanya masih bisa banyak berubah. Pilpres sangat dinamis banget, bergantung kepentingannya apa. Yang paling penting bagaimana korelasi Pilpres ketika ada perubahan bisa ditunjukkan ke masyarakat untuk yang lebih baik aja,” ucapnya.
BACA JUGA: Golkar dan PAN Tidak Turut PPP Dukung Ganjar, KIB Berakhir Bubar, Pilih Merapat ke Prabowo
Sementara itu, berkoalisinya PAN dengan Gerindra menimbulkan pertanyaan publik terkait sosok Ketum PAN sekaligus Menteri Perdagangan RI Zulkifli Hasan duduk di kursi Cawapres.
Menanggapi hal ini, Wahyudin tak banyak bicara. Ia menyerahkan segala keputusan kursi Cawapres pada yang berwenang.
“Sulit kita ngomong, karena itu soal kepentingan. Ketum (Zulkifli Hasan) tidak berminat ke arah itu. Tapi saya tidak judgement ke arah itu. Proses politis kan dinamis banget. Dulu itu kan Pak Mafmud MD sampai sudah ukur baju, tapi harus ganti dengan Pak Ma’aruf Amin. Itu pembelajaran bagi kita betapa dinamisnya politik itu. Kita serahkan saja kepada mereka yang punya kewenangan-kewenangan,” pungkasnya. (*)
Editor: Mu’ammar Rahma Qadafi