SEMARANG, beritajateng.tv – Jepang menjadi tujuan #KaburAjaDulu yang banyak diminati dan dicari-cari oleh Warga Negara Indonesia (WNI).
Hal itu dibuktikan dengan menjamurnya Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) Jepang yang mudah ditemui di Jawa Tengah.
Oky Tiza Feriyanto (27), salah satu WNI asal Semarang yang memulai lembaran hidup baru dengan bekerja di Jepang.
Laki-laki kelahiran 1997 itu bekerja di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi. Oky mengaku sudah bekerja di Jepang selama satu tahun.
Oky pun tak heran dengan tagar Kabur Aja Dulu yang hingga kini masih ramai jadi perbincangan hangat.
Menurut Oky, tagar itu mencuat lantaran banyak anak muda, utamanya milenial dan Gen Z, yang resah dengan masa depannya bila hidup terus-menerus di Indonesia.
Salah satu alasan Oky memilih untuk bekerja di Jepang tak lain adalah masa depan yang menjanjikan.
Tak hanya itu, Oky turut menyebut fasilitas penyokong hidup layak seperti kesehatan di Jepang yang menurutnya jauh lebih baik ketimbang Indonesia.
“Alasan saya kerja di luar negeri karena masa depannya lebih menjanjikan, fasilitas kesehatan lebih memadahi, pelayanan kesehatan juga lebih ramah daripada di Indonesia,” ungkap Oky.
Ia mengaku mendukung penuh tren Kabur Aja Dulu, yang mengajak anak muda Indonesia untuk mengadu nasib di perantauan. Alasannya, tutur Oky, persyaratan kerja di Indonesia yang kerap tak masuk akal.
BACA JUGA: Kisah Chen Shih Tsuan Akhirnya Jadi WNI Lagi, Sempat Terkatung-katung 8 Tahun Tanpa Kewarganegaraan
Oky pun menyoroti persyaratan lowongan di Indonesia yang tak sebanding dengan gaji yang di dapatkan.
“Saya mendukung, karena syarat pelamar kerja di Indonesia tidak masuk akal. Seperti batas usia maksimal 26 tahun, bahkan ada yang 25 tahun, mampu menguasai ini itu, tidak seberapa kerjaan, tidak kira-kira [gajinya],” ucap dia.
Sebut Pemerintah Jepang banyak membantunya selama bekerja, Oky bantah statement Bahlil soal tidak nasionalis
Alih-alih kesulitan di negara orang, Oky justru merasa terbantu hidup di negeri sakura tersebut lantaran pemerintahnya yang ia sebut begitu peduli.
“Justru pemerintah Jepang yang memberikan perhatian, seperti bantuan uang tunai hingga pengurangan pajak,” akunya.