Viral

Serba-serbi Kabur Aja Dulu, Cerita Warga Semarang yang Pilih Kerja di Jepang

×

Serba-serbi Kabur Aja Dulu, Cerita Warga Semarang yang Pilih Kerja di Jepang

Sebarkan artikel ini
jepang
Ilustrasi Tokyo, Jepang. (Pexels/Pixabay)

Ia berharap, Pemerintah Indonesia bisa meniru Pemerintah Jepang dalam memperlakukan warga negaranya. Utamanya dalam memberikan lapangan kerja yang menjanjikan.

Pihaknya turut merespons pernyataan Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, soal WNI yang bekerja di luar negeri adalah mereka yang tak nasionalis.

“Saya terlahir dari tanah Indonesia dan saya memiliki darah Indonesia, saya kira itu mewujudkan rasa nasionalisme. Jadi, dengan saya bekerja di luar negeri pun saya tetap mencintai negara sendiri dan saya tetap menjadi bagian dari Indonesia,” pungkas dia.

Sosiolog sebut #KaburAjaDulu simbol frustasi

Sementara itu, Sosiolog UIN Walisongo Semarang, Nur Hasyim, turut merespons tagar Kabur Aja Dulu yang ramai di media sosial.

Hasyim menilai, tagar itu tak jauh dari ekspresi kemarahan, putus asa, dan wujud protes yang disampaikan publik melalui media sosial kepada pemerintah.

Kata dia, gagalnya negara dalam memberikan penghidupan layaj melalui lapangan kerja memicu sebagian warga untuk mencari peluang kerja dan beasiswa pendidikan di luar negeri.

“Di mata generasi sekarang negara dianggap gagal. Kalau di negeri sendiri tidak lagi ada harapan untuk hidup, maka opsi-opsi lainnya adalah mencari penghidupan di luar negaranya,” ungkap Hasyim, saat beritajateng.tv hubungi Senin, 17 Februari 2025.

Dalam hematnya, tagar itu menjadi bentuk protes yang masif dilakukan di media digital atau online activism.

Kendati tidak ada unjuk rasa secara langsung, cara itu Hasyim nilai punya jangkauan dan efek yang lebih luas.

Nilai pekerja migran justru nasionalis karena sumbang devisa untuk Indonesia

Lebih lanjut, Hasyim menegaskan nasionalisme seseorang tidak berkaitan dengan keberadaan atau tempat tinggalnya.

Menurutnya, fenomena Kabur Aja Dulu di sebut sudah sejak lama terjadi dengan banyaknya WNI yang memutuskan menjadi pekerja migran di berbagai negara.

BACA JUGA: 6 Tahun Jadi Host, Ivan Gunawan Pamit dari Brownis, Karena Teguran KPI?

Hal itu ditempuh demi mencari penghidupan layak yang gagal diberikan pemerintah. Ia pun menyoroti para pekerja migran yang sangat berkontribusi terhadap devisa negara saat bekerja di luar negeri.

“Itu kan refleksi negara tidak bisa menyediakan sumber penghidupan. Lalu apakah para buruh migran yang menjadi penyumbang devisa negara menjadi tidak nasionalis? Bukankah kalau dia menyumbang justru wujud konkrit dia mencintai negaranya?,” pungkas dia. (*)

Editor: Farah Nazila

Simak berbagai berita dan artikel pilihan lainnya lewat WhatsApp Channel beritajateng.tv dengan klik tombol berikut:
Gabung ke Saluran

Tinggalkan Balasan