MASA Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) 2024, khususnya di Jawa Tengah, telah usai, dan ia meninggalkan tak sedikit permasalahan. Dari seluruh jalur pendaftaran, nyaris masing-masing muncul setidaknya satu persoalan.
Belum lama ini, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) bahkan telah memetakan berbagai masalah dalam pelaksanaan PPDB 2024. Secara keseluruhan se-Indonesia, tiap jalur pendaftaran benar-benar terdapat temuan masalah.
Persoalan menahun seperti kasus jual-beli atau titip kursi pun ternyata masih terjadi dalam PPDB tahun ini.
Sementara pada jalur zonasi, terdapat manipulasi dokumen Kartu Keluarga (KK), termasuk KK palsu, pindah sementara, pindah ke alamat fiktif atau menitip ke KK orang lain. Kemudian, pada jalur afirmasi, jumlah pendaftarnya melonjak, tetapi dengan data siswa miskin tidak tepat sasaran, sehingga kuotanya tak memenuhi bagi mereka yang benar-benar membutuhkan.
Pada jalur perpindahan orang tua hanya ada satu persoalan, yakni diskriminasi yang hanya mengkhususkan bagi orang tua ASN dan BUMN saja.
Sedangkan pada jalur prestasi, terjadi manipulasi nilai rapor. Bahkan, puncaknya ialah kasus pemalsuan piagam prestasi. Khususnya, yang terjadi dalam PPDB Jawa Tengah 2024 SMA/SMK, yaitu kasus piagam palsu kejuaraan marching band internasional di Malaysia. Aktornya yakni pelatih dan anggota marching band beserta orang tua siswa SMPN 1 Semarang.
Banyak jalur pendaftaran, PPDB 2024 banyak persoalan
Deretan perkara yang demikian nyaris tak pernah saya dengar dua belas tahun silam, sewaktu saya mendaftar ke salah satu SMA negeri di Kota Semarang. Kala itu, sama-sama menjalani pendaftaran sekolah daring, tetapi yang pendaftar perhatikan hanyalah nilai ujian nasional.
Jadi, satu hal yang jadi perhatian pendaftar ialah jurnal peringkat layaknya papan highscore dalam sebuah gim. Siapa yang menghilang dari daftar tersebut, hilang pula kesempatannya untuk bersekolah di sekolah tujuan.
Dengan pendaftaran sekolah yang mengandalkan nilai ujian nasional, sekian masalah yang memungkinkan terjadi hanyalah “kenalan orang dalam” dan/atau jual-beli kursi, seluruhnya berada di balik dinding sekolah. Manipulasi nilai ujian nasional nyaris mustahil, lantaran penilaiannya berasal dari negara, dan semua tak bisa diganggu gugat begitu nilai keluar.