“Kami memperkenalkan kembali sanggul-sanggul yang ada di Nusantara. Karena sejauh ini orang hanya mengenal sanggul itu yang pakai orang Jawa, padahal Indonesia dari barat ke timur ada jenis-jenis sanggulnya tersendiri,” lanjutnya.
Festival Sanggul Nusantara ajak masyarakat Semarang kenali sanggul cepol
Beberapa jenis sanggul yang coba pihaknya kenalkan antara lain sanggul Tiba, sanggul Aceh, sanggul Solo, sanggul Betawi, dan sanggul Bali. Adapun khusus untuk Semarang yaitu sanggul cepol.
Ia pun menyebut, masing-masing sanggul memiliki makna dan filosofi yang berbeda. Terlebih, antara daerah di Pulau Jawa dengan daerah lain.
“Kita mengajak masyarakat Semarang kembali mengingat ada sanggul cepol. Kabar baiknya sekarang sudah mulai disosialisasikan kembali bersama kebaya encim dan kain Semarangan,” katanya.
Salah satu peserta, Afit Nawaidah, mengaku antusias mengikuti festival itu. Gadis berusia 24 tahun itu bahkan menggunakan sanggul beserta kostum lengkap dari Minang.
“Karena sekarang anak-anak muda jarang mau sanggulan, anggapannya sangat tradisional. Kalau bukan kita anak muda, siapa lagi yang melestarikan sanggul ini,” katanya. (*)
Editor: Mu’ammar Rahma Qadafi