Plt Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Jawa Tengah, Ignatius Hariyanta Nugraha mengatakan, pihaknya memiliki 4 Balai. Yaitu Balai Inseminasi Buatan yang menghasilkan benih, Balai Budidaya Pembibitan Ternak Terpadu yang menghasilkan bibit ternak, serta ada dua Balai Veteriner di Semarang dan Boyolali.
Balai-balai tersebut mendatangkan sapi eksotik dari luar negeri untuk melestarikan ternak lokal. Selain untuk menghasilkan bibit ternak unggul, Balai juga menjadi tempat riset bagi mahasiswa.
Ia mengatakan, sebenarnya banyak anak muda yang tertarik berternak. Namun sebagian besar merasa gengsi karena berternak identik dengan stigma kotor dan bau.
“Ada peternak di Boyolali yang pelihara empat sapi, tiap bulan dapat penghasilan Rp10 juta. Ini cukup menguntungkan. Di dalam bau dan kotor itu ada cuan,” katanya.
BACA JUGA: Podcast: Ketua DPRD Jawa Tengah Sumanto Ingin Berternak Jadi Penghasilan Pokok
Kepala BIB Ungaran, Agus Sucipto mengatakan, di tempat tersebut ada 46 ekor sapi pejantan yang terdiri dari jenis Simental, Limosin, Sapi Perah, hingga Sapi Lokal. Pihaknya selama ini terus memperbaiki dan menambah populasi sapi pejantan dengan impor dan pengadaan melalui Dirjen Peternakan. BIB Ungaran juga telah mendapat predikat terbaik nasional.
Ia menjelaskan, sebelum dijadikan semen beku, sperma sapi-sapi tersebut dicek kesehatannya di laboratorium.
“Prinsip kami yaitu mengembangkan dan melestarikan sapi lokal. Walaupun ada juga jenis wagyu yang kami kembangkan untuk antisipasi pasar,” ujarnya. (*)
Editor: Farah Nazila