Jateng

Tak Hanya Tegakkan Hukum, Taruna Akpol Dididik Entaskan Kemiskinan: Wajib Punya Empati Sosial

×

Tak Hanya Tegakkan Hukum, Taruna Akpol Dididik Entaskan Kemiskinan: Wajib Punya Empati Sosial

Sebarkan artikel ini
Semarang Akpol
Para taruna Akpol mendampingi petani, pelaku usaha kecil, melatih warga desa mengembangkan potensi lokal. (Foto: Dok. Pribadi

Pihaknya ingin keamanan dan kesejahteraan berjalan beriringan. Taruna harus bisa melihat bahwa menjaga ketertiban juga berarti membantu masyarakat keluar dari lingkar kemiskinan.

Untuk mewujudkan hal itu, proyek ini melibatkan kolaborasi lintas sektor. Nugraha menggandeng Dinas Tenaga Kerja, Dinas Pertanian, lembaga perbankan, akademisi, hingga kelompok masyarakat sipil dalam sebuah model kemitraan yang disebut multi-helix.

Melalui jejaring tersebut, taruna belajar bekerja lintas disiplin, memahami kebijakan publik, dan mencari solusi inovatif untuk pemberdayaan ekonomi di daerah-daerah miskin.

BACA JUGA: Polda Jateng soal Penipuan “Kuota Kapolri” Akpol: Polisi Pekalongan Ngaku Punya Akses ke Pusat

“Bayangkan taruna Akpol yang biasanya berlatih baris berbaris, kini membantu ibu-ibu di desa membuat produk olahan, mendampingi para petani dan menjualnya lewat marketplace,” ujar Nugraha tersenyum. “Itu bukan hanya latihan kepemimpinan, tapi juga latihan empati,” tandasnya.

Perubahan ini tak hanya membawa manfaat bagi masyarakat, tetapi juga bagi para taruna sendiri. Bagi mereka, pengalaman turun langsung ke lapangan membuka perspektif baru tentang arti kepemimpinan.

Mereka belajar bahwa menjadi pemimpin bukan soal pangkat atau kekuasaan, tapi soal tanggung jawab dan kepedulian. Ketika Taruna berinteraksi dengan warga miskin, maka tumbuh kesadaran bahwa tugas polisi bukan sekadar menegakkan hukum, tapi juga menegakkan harapan.

Perwira lulusan Akpol harus mampu berpikir sistematis-responsif terhadap dinamika sosial

Lebih lanjut, Nugraha menyatakan transformasi ini akan meninggalkan jejak jangka panjang bagi Akpol.

Ia ingin pendidikan kepemimpinan di lembaga ini melahirkan perwira yang mampu berpikir sistematis, responsif terhadap dinamika sosial, dan siap menjadi penggerak perubahan di lapangan.

“Kalau polisi bisa memahami ekonomi rakyat, maka setiap kebijakan dan tindakan mereka akan lebih manusiawi. Ini bukan sekadar proyek perubahan; ini cara kita menanamkan nurani ke dalam seragam,” tegasnya.

BACA JUGA: Tertipu Seleksi Akpol Semarang Rp2,65 Miliar, Warga Pekalongan Laporkan Oknum Polisi ke Polda Jateng

Dari kampus Akpol di Semarang, perubahan itu kini mulai bergerak. Para Taruna yang setiap pagi berbaris dengan tegap tak lagi hanya menyiapkan diri untuk menjadi penegak hukum, tetapi juga pembawa harapan bagi mereka yang hidup dalam kesulitan.

Pasalnya, di negeri yang masih bergulat dengan kemiskinan, keamanan sejati bukan diukur dari berapa banyak kasus ditangani, melainkan dari berapa banyak senyum yang bisa kembali tumbuh di wajah rakyatnya.

Dan mungkin, dari sana, masyarakat akan melihat wajah baru kepolisian Indonesia yang tak hanya gagah di lapangan, tapi juga hangat di tengah masyarakat. (*)

Editor: Mu’ammar R. Qadafi

Simak berbagai berita dan artikel pilihan lainnya lewat WhatsApp Channel beritajateng.tv dengan klik tombol berikut:
Gabung ke Saluran

Tinggalkan Balasan