“Kami memutuskan ya sudahlah. Memang bukan rezeki, tapi kalau memang boleh berharap, semoga ada keadilan buat anak kami, bahwa anak kami bebas dari tuduhan mereka. Tidak ada impaksi, tidak ada skoliosis. Kami tidak tahu harus bagaimana, karena yang bisa kami perbuat sampai saat ini ya itu saja,” bebernya.
Dewi tentu tak rela anaknya mendapat perlakuan demikian. Disinggung apakah akan melanjutkan kasus ini, ia mengklaim hasilnya akan sama saja.
“Kalau dibilang merelakan tidak ada yang rela ya kita diperlakukan seperti ini. Terlebih anak saya tidak terbukti ada impaksi dan skoliosis. Hanya kalau kita mau menuntut lebih lanjut percuma. Sekarang saja tidak ada respons dari BPIP untuk membenarkan maupun menyalahkan tuntutan dari kami atau klaim dari kami. Sampai sekarang tidak ada tanggapan. Percuma kalau menurut saya,” tegasnya.
Fabian dapat dukungan penuh dari sekolah dan teman terdekat
Teranulirnya Fabian sebagai calon Paskibra Nasional menjelang detik-detik keberangkatan bisa menjadi momen traumatis baginya. Oleh sebab itu, Fabian perlu mendapat dukungan penuh dari lingkungan terdekatnya.
Sebagai orang tua, Dewi tak bisa sepenuhnya menyatakan sang buah hati telah menerima sepenuhnya. Namun, Fabian kini sudah kembali bersekolah dan bercengkerama dengan teman-temannya.
“Hidup kan harus berjalan. Anak saya tidak mungkin berdiam diri terus, jadi sekarang anak saya ya fokus sekolah, karena tujuan akhir kan bukan untuk paskib ya, masih panjang perjalanan dia,” terang Dewi.
Terlebih, pihak SMA Al Azhar 14 Semarang selalu mendukung Fabian. Dukungan ini bagi Dewi sangat penting bagi anaknya untuk dapat menerima dan berdamai dengan ketidakadilan yang ia peroleh.
“Alhamdullilah kalau dari pihak sekolah, yayasan, teman-teman sangat mendukung. Itu support yang luar biasa. Mereka juga memberikan pendampingan, karena lingkungan yang mendukung, anak saya jadi tidak terbebani,” pungkasnya. (*)
Editor: Mu’ammar Rahma Qadafi
Respon (1)