Selain itu, kebijakan itu justru muncul di tengah kondisi ekonomi Indonesia yang masih belum stabil. Alhasil, muncul kekhawatiran berlebih di kalangan masyarakat.
“Kondisi ekonomi kita sedang tidak pasti, ada kekhawatiran tetang perlambatan pertumbuhan ekonomi. Nah, jadinya kebijakan ini membuat banyak masyarakat khawatir,” papar Bangkit.
BACA JUGA: Gas LPG 3 Kg Masih Langka di Semarang, Warga Rela Antri-Harga Naik
Ia menuturkan, kondisi ekonomi saat ini masih kurang bersahabat terutama bagi masyarakat menengah ke bawah. Kondisi itu semakin parah dengan adanya pembatasan gas elpiji 3 kg.
Masyarakat yang merasa tak mampu membeli gas elpiji non-subsidi kemudian berondong-bondong memburu gas elpiji 3 kg. Dampaknya, harga gas elpiji kemudian melambung tinggi.
“Pelaku usaha langsung menaikkan harga karena ada kekhawatiran gas langka. Sebagian kalangan pengusaha pengecer di bawah sudah memperkirakan akan terjadi tersendatnya penyaluran gas elpiji; makanya harga naik,” tandasnya. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi