Jika bicara tentang era digital, perpustakaan merupakan salah satu yang terdampak agar dapat segera bertansformasi menyesuaikan diri. Pada era digital, perpustakaan di Indonesia menghadapi tantangan dan hambatan yang membutuhkan strategi baik.
Perpustakaan pada saat ini bukan lagi sekadar penyedia koleksi buku. Akan tetapi, sebagai pusat pengetahuan dan informasi yang harus mampu menyesuaikan diri dengan kebutuhan pengguna yang semakin dinamis.
Oleh karena itu, manajemen pengetahuan (knowledge management) memiliki peran signifikan untuk dapat memastikan pengetahuan dan informasi yang organisasi atau perpustakaan miliki agar dapat diolah, disebarluaskan, dan dimanfaatkan secara berkelanjuutan.
Manajemen pengetahuan merupakan proses sitematis untuk menciptakan pengetahuan, menyimpan, menyebarluaskan dengan berbagi dan menerapkan kembali pengetahuan dalam organisasi.
BACA JUGA: DPRD Jateng Sahkan Perda Penyelenggaraan Perpustakaan
Sedangkan di lingkungan perpustakaan, praktIk manajemen pengetahuan sangat relevan untuk diaplikasikan dan menjadi strategi dalam keberlangsungan perpustakaan.
Selain itu, pustakawan di Indonesia sering kali memiliki pengetahuan tacit yang melekat pada diri seseorang, yang berasal dari pengalaman dan tidak terdokumentasikan. Sehingga, pengetahuan itu akan hilang seiring dengan pergantian personel baru di perpustakaan.
Jika pengetahuan tacit ini dapat terkelola dengan menggunakan manajemen pengetahuan, maka akan dapat membantu pengembangan organisasi dan membantu mencapai visi-misi dan tujuan perpustakaan yang lebih mudah.
Sayangnya, penerapan manajemen pengetahuan di perpustakaan Indonesia masih jauh dari optimal. Beberapa perpustakaan perguruan tinggi sudah memiliki repositori institusi, digitalisasi koleksi, hingga forum diskusi internal. Namun, upaya tersebut belum sepenuhnya terintegrasi ke dalam budaya kerja sehari-hari.
Tantangan perpustakaan di era digital
Tantangan yang perpustakaan hadapi juga berupa rendahnya literasi digital, minimnya dukungan kebijakan, serta keterbatasan infrastruktur teknologi. Padahal, jika dikelola dengan baik, manajemen pengetahuan dapat memperkuat posisi perpustakaan sebagai pusat pembelajaran sepanjang hayat.
Pustakawan akan terdorong untuk saling berbagi pengetahuan dan praktek yang baik. Pengguna pun mendapat akses pengetahuan yang lebih terorganisir. Sementara inovasi layanan dapat tumbuh berkembang menyesuaikan kebutuhan pengguna.
Oleh karena itu, untuk mengatasi berbagai tantanga tersebutn dibutuhkan keseriusan dari para pemangku kebijakan untuk menjadikan manajemen pengetahuan sebagi bagian dari trategi kunci dalam mengembangkan tranformasi perpustakaan di era digital.
BACA JUGA: Menelusuri Jejak Sejarah Lewat Manuskrip dan Naskah Kuno di Perpustakaan Jawa Tengah
Kesiapan sumber daya manusia dalam praktik manajemen pengetahuan untuk jadi budaya organisasi juga menjadi tantangan lain. Adakalanya kita menghadapi beberapa personal yang tidak siap akan perubahan dan perkembangan; merasa nyaman dan aman dengan situasi dan kondisi yang tidak terlalu mempunyai tuntutan dalam pengembangan layanan di perpustakaan.
Padahal, praktik manajemen pengetahuan di perpustakaan akan memberi dampak baik dalam peningkatan layanan, inovasi, dan pemenuhan kebutuhan informasi serta mendukung gerakan literasi di perpustakaan.
Tentu saja pengguna perpustakaan juga akan merasakan dampak positif dari praktik manajemen pengetahuan ini, sehingga dapat memicu pengguna untuk terus memanfaatkan perpustakaan sebagai pusat infromasi dalam setiap pemenuhan kebutuhannya.