Setelah pandemi, Abdul sedikit lega karena proses pembelajaran berangsur normal. Ia dan guru-guru di SDN Pekunden kembali melakukan penanaman nilai karakter dengan memberikan contoh langsung kepada siswa.
“Saya sebagai kepala sekolah meneladani dulu dari yang paling atas. Kalau saya di depan guru santun, nantinya guru kepada anak juga akan mencontoh dengan baik,” ungkapnya
Menurutnya pendidikan karakter bagi seorang guru itu mudah, yaitu berbentuk keteladanan.
Kesenjangan Akademik Setelah Pembelajaran Tatap Muka
Saat kembali ke pembelajaran tatap muka, masalah lain yang muncul adalah adanya kesenjangan pembelajaran. Yaitu materi yang diberikan saat pembelajaran online dan pembelajaran tatap muka.
Abdul mengakui bahwa anak yang masuk SD kelas satu saat pandemi terdapat perbedaan dalam proses pembelajaran ketika kembali melaksanakan pembelajaran tatap muka.
BACA JUGA: SDN 03 Ngaliyan Jadi Pelopor Pertama Sekolah Dasar Urban Farming di Semarang
“Angkatan Covid sekarang kelas tiga, tentu ada keunikan. Jadi di saat pandemi kita tidak mengerti proses pembelajaran siswa di rumah, yang kita tahu nilai siswa bagus. Kemudian saat sekolah masuk kembali, terjadi perbedaan nilai yang membuat beberapa guru kaget,” katanya.
Ia mengungkapkan, pemahaman anak dalam bidang akademik terlambat akibat pandemi. Abdul menekankan bahwa peran guru dan orang tua sangat penting dalam mengatasi tantangan akademik ini.
Selain itu, pihak sekolah terus berusaha untuk mengatasi kesenjangan ini dengan memberikan bimbingan dan dukungan tambahan kepada anak-anak yang membutuhkan. (*)
Editor: Ricky Fitriyanto