“Jadi setidaknya Semarang ini istimewa karena punya bukti langsung, saksi bisu masa penjajahan Belanda-Jepang saat itu,” imbuh Mozes.
Sementara itu, Ereveld Kalibanteng sedikit berbeda dengan Ereveld di daerah lain. Hal tersebut karena makam lebih banyak korban perang dari perempuan dan anak-anak. Bahkan, Ereveld Kalibanteng disebut juga ‘Ereveld Perempuan’.
Berbentuk segitiga, sebagian besar korban perempuan pusaranya berada di sisi barat dan korban laki-laki di sisi timur. Sementara di bagian tengah yakni kuburan anak-anak.
Sementara Ereveld Candi juga tak kalah istimewanya. Ereveld Candi menjadi satu-satunya makam kehormatan Belanda militer di Indonesia.
Hampir 1.000 anggota militer dari Tentara Kerajaan Hindia Belanda (KNIL) yang gugur pada masa Perang Dunia Kedua dan masa revolusi dimakamkan di sini.
“Itu menjadi bukti Belanda sempat kembali lagi ke Indonesia. Melalui nisan-nisan tersebut seharusnya bisa menambah wawasan masyarakat Semarang tentang kedua zaman itu,” tandasnya. (*)
Editor: Mu’ammar Rahma Qadafi