Scroll Untuk Baca Artikel
Feature

Penghuninya Gugur dalam Pertempuran Lima Hari, Begini Kondisi Rumah Terakhir Pahlawan Semarang dr. Kariadi

×

Penghuninya Gugur dalam Pertempuran Lima Hari, Begini Kondisi Rumah Terakhir Pahlawan Semarang dr. Kariadi

Sebarkan artikel ini
Rumah dr. Kariadi
Pemerhati Sejarah, Mozes Christian Budiono, saat menyusuri persinggahan terakhir dr. Kariadi di Jalan dr. Cipto No.196A, Karangturi, Kecamatan Semarang Timur, Kota Semarang. (Fadia Haris Nur Salsabila/beritajateng.tv)

SEMARANG, beritajateng.tv – Siapa warga Kota Semarang yang tak mengenal nama dr. Kariadi? Hampir pasti semua mengenal nama tokoh yang satu ini. Apalagi nama dr. Kariadi terabadikan menjadi nama rumah sakit terbesar di Jawa Tengah, RSUP dr. Kariadi.

Sosok dr. Kariadi menjadi salah satu pejuang yang gugur dalam Pertempuran Lima Hari pada 14-18 Oktober 1945 silam. Waktu itu, tepatnya 14 Oktober 1945, dr. Kariadi diminta oleh pimpinan RS Purusara (RSUP dr. Kariadi sekarang) untuk memeriksa tandon air Reservoir Siranda.

Advertisement
Scroll kebawah untuk lihat konten

Istri dr. Kariadi, drg. Soenarti, sebenarnya telah mencoba mencegah suaminya pergi karena situasi masih genting. Namun, dr. Kariadi tetap pada pendiriannya. Ia lantas bergegas berangkat dari rumahnya di Karangtempel 196 (kini Jalan dr. Cipto).

Nahasnya, di tengah perjalanan menuju Reservoir Siranda, dr. Kariadi pun ditembak secara keji oleh tentara Jepang.

Kini, jejak sejarah perjuangan dr. Kariadi masih dapat dilihat di rumah terakhirnya yang berada di Jalan dr. Cipto nomor 196. Lokasi tepatnya Jalan dr. Cipto No. 196, Karangturi, Kecamatan Semarang Timur, Kota Semarang.

BACA JUGA: Menilik Kisah Masjid Kyai Sholeh Darat, Tempat Ulama dan Pahlawan Nasional Belajar Mengaji

Pantauan beritajateng.tv pada Sabtu, 6 Januari 2024, bangunan yang bergaya khas Belanda itu hingga sekarang masih terjaga dengan baik dan tampak kokoh meski sudah tak terawat dan pagar seng mengelilinya.

Ketua RT setempat, Wijayanto, membenarkan jika dr. Kariadi memang sempat menempati bangunan yang berada tepat di sebelah kanan rumahnya. Setelah itu, rumah tersebut pun lantas dr. Raden Sanjoto tempati.

Singkat cerita, ketika dr. Sanjoto dan istrinya wafat, rumah tersebut menjadi tak berpenghuni hingga saat ini.

Tinggalkan Balasan