SEMARANG, beritajateng.tv – Siapa warga Kota Semarang yang tak mengenal nama dr. Kariadi? Hampir pasti semua mengenal nama tokoh yang satu ini. Apalagi nama dr. Kariadi terabadikan menjadi nama rumah sakit terbesar di Jawa Tengah, RSUP dr. Kariadi.
Sosok dr. Kariadi menjadi salah satu pejuang yang gugur dalam Pertempuran Lima Hari pada 14-18 Oktober 1945 silam. Waktu itu, tepatnya 14 Oktober 1945, dr. Kariadi diminta oleh pimpinan RS Purusara (RSUP dr. Kariadi sekarang) untuk memeriksa tandon air Reservoir Siranda.
Istri dr. Kariadi, drg. Soenarti, sebenarnya telah mencoba mencegah suaminya pergi karena situasi masih genting. Namun, dr. Kariadi tetap pada pendiriannya. Ia lantas bergegas berangkat dari rumahnya di Karangtempel 196 (kini Jalan dr. Cipto).
Nahasnya, di tengah perjalanan menuju Reservoir Siranda, dr. Kariadi pun ditembak secara keji oleh tentara Jepang.
Kini, jejak sejarah perjuangan dr. Kariadi masih dapat dilihat di rumah terakhirnya yang berada di Jalan dr. Cipto nomor 196. Lokasi tepatnya Jalan dr. Cipto No. 196, Karangturi, Kecamatan Semarang Timur, Kota Semarang.
BACA JUGA: Menilik Kisah Masjid Kyai Sholeh Darat, Tempat Ulama dan Pahlawan Nasional Belajar Mengaji
Pantauan beritajateng.tv pada Sabtu, 6 Januari 2024, bangunan yang bergaya khas Belanda itu hingga sekarang masih terjaga dengan baik dan tampak kokoh meski sudah tak terawat dan pagar seng mengelilinya.
Ketua RT setempat, Wijayanto, membenarkan jika dr. Kariadi memang sempat menempati bangunan yang berada tepat di sebelah kanan rumahnya. Setelah itu, rumah tersebut pun lantas dr. Raden Sanjoto tempati.
Singkat cerita, ketika dr. Sanjoto dan istrinya wafat, rumah tersebut menjadi tak berpenghuni hingga saat ini.