“Ending dari seluruh proses UMKM ini adalah bagaimana memasarkan produk. Produk itu bisa bertahan kalau harganya terjangkau, mudah dikenal, dan punya kualitas tinggi,” katanya.
Dalam hematnya, pemasaran UMKM harus bergerak menuju konsep omnichannel atau menggabungkan kekuatan penjualan online dan offline agar tetap adaptif dengan perubahan perilaku konsumen.
“Sekarang sistem pemasaran itu sudah omnichannel; ada yang online, ada yang offline, dua-duanya masih punya kekuatan yang sama. Marketplace jalan, tapi toko ritel seperti Indomaret dan Alfamart juga masih bisa bersaing,” terang Muslim.
BACA JUGA: Teja Ungu, Solusi Peternakan Jawa Tengah Hadapi Tantangan Impor Daging, Begini Konsepnya
Ia menilai, banyak UMKM yang masih memproduksi secara insidental dan belum memiliki merek kuat, sehingga sulit masuk ke pasar yang lebih luas.
Lebih jauh, kata Muslim, negara harus hadir untuk melindungi produk lokal agar tidak kalah di pasar sendiri. Dukungan kebijakan dan ekosistem pemasaran yang sehat menjadi kunci agar UMKM dapat berkembang di tengah gempuran produk impor.
“Masih banyak UMKM yang produksinya bersifat insidental, belum mampu bersaing dalam hal branding, dan kesulitan mencari akses pasar. Nah, inilah yang harus kita proteksi,” pungkasnya. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi













