SEMARANG, beritajateng.tv – Konten anak cuci darah yang kerap diunggah oleh akun TikTok bertajuk Sahabat Pasien memantik perhatian publik.
Pasalnya, akun TikTok dengan username @banghady_sp itu mengunggah konten anak-anak usai melakukan cuci darah atau hemodialisis.
Kabarnya, konten itu diambil di RS Cipto Mangunkusumo Kiara atau RSCM Kiara hingga RS Fatmawati Jakarta.
Lalu, bagaimana kasus anak-anak yang menjalani cuci darah di Jawa Tengah?
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah menegaskan, istilah ‘tren peningkatan cuci darah pada anak’, sebagaimana yang ramai media beritakan tersebut, kurang tepat.
Hal itu disampaikan oleh Kepala Bidang (Kabid) Pelayanan Kesehatan Dinkes Jateng, Elhamangto Zuhdan saat beritajateng.tv hubungi, Rabu 31 Juli 2024 sore.
“Sebetulnya bukan marak, tapi memang ada peningkatan pelayanan hemodialisis atau cuci darah pada anak. Sarana untuk cuci darah anak-anak terbatas, tidak semuanya ada,” ujar Elham.
BACA JUGA: Hadeh, Pengen Ikutan Tren Lari Tapi Malah Pakai Joki Strava? Ini Kata Dokter
Menurutnya, layanan hemodialisis khusus anak-anak hanya tersedia di rumah sakit (RS) kelas A yang berada di kota besar, tak terkecuali RSCM Jakarta.
Pasien anak-anak yang melakukan cuci darah di RSCM, kata Elham, merupakan pasien rujukan dari RS yang tak memiliki layanan hemodialisis khusus anak di daerahnya.
“Di beberapa daerah belum ada layanan cuci darah untuk anak, sehingga mereka ke RSCM. Bukan berarti ada peningkatan (kasus gagal ginjal pada anak), tetapi peningkatan kunjungan, karena sudah diketahui ada layanan cuci darah anak di RSCM,” jelasnya.
Ada 10 hingga 14 pasien anak-anak cuci darah di RS Jateng
Di Jawa Tengah sendiri, tutur Elham, serupa dengan apa yang terjadi di RSCM. RS yang memberikan layanan hemodialisis khusus anak-anak masih terbatas, hanya tersedia di beberapa RS besar.
Elham menyebut, ada empat RS tipe A di Jawa Tengah. Di antaranya RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo (Banyumas), RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro (Klaten), RSUP Dr Kariadi (Kota Semarang), dan RSUD dr. Moewardi (Kota Surakarta).
Adapun jumlah kumulatif pasien anak-anak yang melakukan cuci darah berkisar 10 hingga 14 orang di setiap RS itu. Yang mana, tegas Elham, angka itu bukan merupakan tren peningkatan.