SEMARANG, beritajateng.tv – Sebuah video berdurasi 23 detik yang diunggah oleh akun TikTok @faaiiiq._ memperlihatkan sekelompok orang berbaju putih yang berada di puncak Gunung Lawu mendadak menjadi perbincangan hangat di media sosial.
Video ini merekam aktivitas sejumlah orang yang berkumpul di sekitar Tugu Puncak Hargo Dumilah, Gunung Lawu, yang terletak di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Dalam video tersebut, tampak orang-orang berpakaian serba putih yang sedang melakukan aktivitas di puncak gunung pada hari Jumat, 11 Juli 2025.
Kejadian ini langsung menarik perhatian warganet yang kemudian bertanya-tanya tentang identitas kelompok tersebut.
BACA JUGA: Kronologi Rombongan Santri Hilang Kontak Saat Naik Gunung Lawu Lewat Jalur Ilegal Babar
Pengunggah video, @faaiiiq._, menyebutkan bahwa ia dan beberapa pendaki lainnya kebingungan melihat fenomena tersebut.
“Yaps, ini kejadian pada hari Jumat kemarin menjelang siang. Maaf banget jika telat menguploadnya, sebenernya juga ga berani upload, tapi rasa penasaran saya tetap menghantui. Teman-teman, kalau ada yang tahu bisa komen ya,” tulis @faaiiiq._ dalam keterangan videonya.
Bukan Aliran Sesat, Ini Kegiatan Ziarah NU
Setelah video tersebut viral, berbagai spekulasi muncul di media sosial, termasuk anggapan bahwa kegiatan tersebut mungkin berhubungan dengan aliran sesat.
Namun, Asisten Perhutani (Asper) BKPH Lawu Selatan, Mulyadi, mengklarifikasi bahwa orang-orang dalam video tersebut bukanlah bagian dari kelompok aliran sesat.
Mulyadi menjelaskan bahwa mereka merupakan kelompok ziarah dari Nahdlatul Ulama (NU) yang melakukan kegiatan tahunan di puncak Gunung Lawu untuk menghormati Sunan Gunung Lawu.
“Setelah kami hubungi ketua rombongan, Pak Rohmat, beliau menyampaikan bahwa kegiatan itu adalah ziarah tahunan untuk menghormati Sunan Gunung Lawu,” ujar Mulyadi.
Rombongan tersebut berjumlah sekitar 100 orang dan berasal dari Desa Sambunggangi, Kecamatan Kradenan, Purwodadi, Jawa Tengah.
Mereka mulai mendaki Gunung Lawu pada Kamis, 10 Juli, melalui jalur Cemoro Sewu, Desa Ngancar, Plaosan.
Setelah bermalam di puncak, mereka melanjutkan kegiatan pada keesokan harinya, Jumat, 11 Juli, dengan doa bersama dan bacaan tawasul, sebuah bacaan yang umumnya berlangsung dalam ziarah.
Kegiatan Ziarah Selama 14 Tahun
Menurut Mulyadi, kegiatan ziarah tersebut telah masyarakat lakukan setiap tahun selama 14 tahun terakhir oleh kelompok NU tersebut.
Ia menegaskan bahwa bacaan yang mereka lakukan selama ziarah tidak menyimpang dari ajaran Islam.
