SEMARANG, beritajateng.tv – Congrock 17 adalah salah satu grup band musik legendaris di Kota Semarang. Lebih dari empat dekade dalam dunia musik, Congrock 17 masih terus konsisten berkarya hingga saat ini.
Sekilas, nama Congrock 17 mengarah pada sebuah band dengan aliran musik rock. Justru, band yang lahir pada 17 Maret 1983 itu konsisten membawa musik keroncong.
Rock pada nama ‘Congrock’ bukanlah merujuk pada genre rock. Melainkan berarti kebebasan dalam memadukan genre keroncong dengan genre lain.
“Congrock itu artinya keroncong yang bebas. Bisa gabungin keroncong sama genre rock, jazz, dan lainnya, pokoknya bebas,” ucap pendiri Congrock 17, Marco Marnadi saat beritajateng.tv temui, belum lama ini.
Marco mengatakan, perjalanam Congrock 17 tak selamanya indah. Bahkan, di awal berdirinya Congrock 17, tak sedikit penikmat musik yang mencibir aliran musik mereka.
BACA JUGA: Pemkot dan Kemendikbudristek RI Lestarikan Musik Keroncong lewat Puncak Keroncong Svaranusa
Saat itu, Congrock 17 dianggap merusak musik keroncong karena memadukan dengan genre lain.
“Padahal kira harus penuh dengan inovasi, itu adalah sebuah cipta. Kalau keroncong mau maju, ya harus menyesuaikan zaman,” katanya.
Tahun berlalu, Congrock 17 malah mendapatkan penghargaan dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) pada tahun 2008 silam.