SEMARANG, beritajateng.tv – Seruan untuk menarik uang dari bank BUMN mencuat di media sosial pasca Danantara diresmikan. Bahkan, di media sosial X ramai cuitan warganet yang meminta rekomendasi bank swasta.
Merespons fenomena ini, pengamat politik asal Universitas Diponegoro, Wahyu Widodo, angkat bicara. Saat dihubungi via WhatsApp, Minggu, 2 Maret 2025, Wahyu menilai fenomena itu merupakan kepanikan yang berlebihan dari warganet.
Kendati begitu, Wahyu mengaku pihaknya memaklumi kepanikan tersebut. Pasalnya, setiap orang memiliki perbedaan dalam menanggapi suatu risiko.
“Saya kira ini kepanikan yang berlebihan, tapi saya maklumi karena kan masing-masing orang itu tingkat pikiranya berbeda terhadap risiko yang dia bayangkan,” ungkap Wahyu.
BACA JUGA: Tanggapi Polemik Gas Elpiji 3 Kg, Pengamat Undip Soroti Buruknya Sistem Komunikasi Pemerintah
Menurutnya, ajakan untuk menarik uang dari bank BUMN imbas Danantara itu juga diakibatkan misinformasi warganet.
“Sehingga, ketika ada informasi yang masuk, itu bisa saja belum di-balancing ya, jadi langsung bereaksi dengan katakanlah cukup ekstremlah,” tegas Wahyu.
Bukan tanpa alasan Wahyu menyebut seruan itu berlebihan. Sebab, kata dia, belum ada mekanisme jelas soal Danantara.
“Kalau saya mengatakan itu mungkin berlebih, karena bagaimana desainnya kita belum tahu dan implementasinya juga belum terjadi. Tentu saya kira pemerintah mengantisipasi dan memikirkan itu ya, tidak mungkin tidak terpikirkan risikonya sampai ke sana,” papar Wahyu.
Komunikasi publik jadi kunci utama perbaiki respons negatif masyarakat
Oleh sebab itu, Wahyu menyebut komunikasi menjadi kunci utama dalam merespons kekhawatiran publik. Pasalnya, efek psikologis tak bisa lepas dari kebijakan ekonomi.
“Perilaku itu kan kuncinya ada di pengendalian psikologi dari masyarakat. Berarti kan ini pengendalian psikis market, katakanlah, dalam bahasa yang lebih luas,” ujar Wahyu.