SEMARANG, beritajateng.tv – Di balik kasus HIV di Kota Semarang, ada upaya senyap namun intensif yang dilakukan oleh kelompok masyarakat sipil seperti Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Kota Semarang.
Melalui pendekatan akar rumput yang sangat personal, PKBI mengisi celah yang belum bisa pemerintah jangkau, khususnya di kelompok rentan dan populasi kunci.
Direktur Program PKBI Kota Semarang, M. Afifunnaim, menyatakan bahwa hingga hari ini HIV masih menjadi isu pelik yang tak bisa tertangani hanya dengan pendekatan struktural
“Pemerintah tidak bisa jalan sendiri. Banyak kelompok rentan yang hanya bisa dijangkau oleh masyarakat sipil karena stigma dan posisi mereka yang tersembunyi,” ujarnya dalam wawancara bersama beritajateng.tv via panggilan WhatsApp pada Sabtu, 2 Agustus 2025 malam.
BACA JUGA: Catat 127 Kasus, KPA Kabupaten Semarang Temukan 18 Anak Pengidap HIV/AIDS
Salah satu pendekatan inovatif yang PKBI lakukan ialah layanan extra time, yaitu tes HIV di malam hari, Senin hingga Jumat, bekerja sama dengan puskesmas dan Dinas Kesehatan.
“Kami buka layanan dari selepas magrib sampai pukul 20.30. Ini menyasar kelompok yang tidak bisa atau enggan datang pagi karena alasan sosial atau pekerjaan,” jelas Afif.
Tak hanya itu, PKBI juga memfasilitasi skrining HIV mandiri dengan alat tes oral berbasis mukosa. Alat ini Kementerian Kesehatan berikan langsung dan membantu mereka yang tak ingin atau belum siap tampil di layanan publik.
“Ini untuk mereka yang masih hidden, belum mau terbuka. Kami bantu tesnya, dan kalau reaktif, langsung kami koneksikan ke layanan untuk konfirmasi dan pengobatan,” lanjutnya.
Populasi kunci dan jejak kota yang terabaikan
Afif juga menyebutkan sejumlah populasi kunci yakni, transgender, pekerja seks, pengguna narkoba suntik, serta lelaki seks dengan lelaki, yang paling tinggi tingkat temuan kasus HIV-nya
“Populasi kunci ini tidak bisa disasar dengan pendekatan formal. Kami harus masuk lewat jembatan, lorong, hingga aplikasi sosial tempat mereka berinteraksi,” jelasnya.
Wilayah dengan temuan tertinggi, Afif melanjutkan, di Semarang memiliki beberapa titik yang tidak asing bagi banyak warga.
BACA JUGA: Dewi Ratnasari Terpilih Jadi Ketum IDI Cabang Blora, Soroti Maraknya Kasus HIV/AIDS