SEMARANG, beritajateng.tv – Penurunan stunting di Jawa Tengah cenderung stagnan. Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), prevalensi stunting tahun 2021 tercatat 20,9 persen.
Sementara, tahun 2022 sebanyak 20,8 persen dan pada tahun 2023 hanya turun menjadi 20,7 persen.
Penurunan yang hanya 0,1 persen itu pun belum mampu mencapai target yang sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) sebesar 14 persen.
Terlebih, berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2024, satu dari lima balita di Indonesia mengalami stunting.
Keadaan itu yang menggerakan Fatayat Nahdlatul Ulama (NU) turut andil dalam penanganan percepatan penurunan stunting di Jawa Tengah.
Adapun upaya yang telah Fatayat NU Jawa Tengah tempuh tak lain melalui program bertajuk Sambung Simbok, Sambang Bocah.
BACA JUGA: BKKBN Kampanyekan Gerakan Kembali Ke Meja Makan, Upaya Entaskan Stunting di Indonesia
Manager Program Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA) sekaligus Wakil Sekretaris IV Fatayat NU Jawa Tengah, Umi Hanik mengungkap, Fatayat NU berhasil memantau 51.563 ibu hamil dan pengasuh baduta (anak bawah dua tahun) dengan memberikan satu pesan penting pencegahan stunting melalui program tersebut.
Umi menuturkan, satu kader Fatayat NU akan menjangkau satu ibu hamil atau satu pengasuh baduta di setiap daerah.
Hal itu Umi tuturkan saat beritajateng.tv temui di Kantor Dinas Kesehatan Jawa Tengah, Rabu 21 Agustus 2024.
“Minimal mereka memberikan pesan pencegahan stunting. Kalau ibu hamil disampaikan untuk mengecek kesehatan, kalau baduta lebih ke pertumbuhan dan perkembangan anak melalui MPASI yang optimal, sanitasi, serta jamban sehat,” jelas Umi.