Catatan Editor

“Animal Farm” George Orwell: Apakah Ketulusan Manusia Masih Ada?

×

“Animal Farm” George Orwell: Apakah Ketulusan Manusia Masih Ada?

Sebarkan artikel ini
farah nazila
Farah Nazila. (Dokumen Pribadi)

TUJUH puluh sembilan tahun yang lalu, sebuah buku yang mempengaruhi banyak pembaca di seluruh dunia, Animal Farm rilis. Meski jadul, buku ini masih relevant dengan kehidupan di hari ini.

Animal Farm yang menceritakan isu tentang kekuasaan. Dongeng yang George Orwell bawakan dalam buku ini adalah satir yang menggambarkan sifat asli manusia dan karakternya ketika mereka memiliki kekuasaan yang besar. Hal yang menarik dari buku ini, menurut saya, adalah bagaimana Orwell bisa mengangkat karakter hewan sebagai satir politik dan membungkus penceritaannya dengan baik dan menarik.

Singkatnya, novel ini menceritakan peternakan yang Pak Jones kelola. Pak Jones adalah orang yang suka mabuk-mabukan. Sifatnya itu membuat para hewan di kandang resah, salah satunya adalah Major, babi tua yang bermimpi kebebasan dalam peternakan Pak Jones. Dari sana, ia sering menceritakan mimpinya kepada para hewan dan mempidatokannya setiap malam, para hewan menyukai idenya. Hal tersebut pun membuat mereka tergerak untuk membuat strategi menyerang Pak Jones dan karyawannya. Namun, belum merdeka, tiba-tiba Major mati. Meski begitu, mereka tak memadamkan api semangat mereka untuk tetap mewujudkan mimpi dan kebebasan itu.

Cerita ini, meski di gambarkan dalam karakter hewan, sangat tertera relevansinya dengan karakter manusia pada umumnya. Yakni, tentang egosentrisme manusia itu sendiri.

“Manusia tidak pernah melayani siapapun kecuali dirinya sendiri,” begitulah kutipan dari Animal Farm yang menarik perhatian saya saat membacanya. Kalimat tersebut memang bisa memiliki penafsiran yang banyak, tetapi, yang saya tangkap adalah sifat manusia yang pada dasarnya egois.

BACA JUGA: Kerjaan Tambahan Redaksi Garap Podcast, Semua Bisa Jadi Host

Melihat kata “melayani diri sendiri” adalah pernyataan yang menekankan pada aspek egoisme. Dari sini, muncullah pemikiran bahwa “Apakah tidak ada hubungan yang benar-benar tulus?” “Apakah manusia hanya ingin memuaskan egonya sendiri selama ini?”

Dalam buku Animal Farm, Orwell tampaknya menyinggung hubungan timbal balik antar manusia. Yakni hubungan yang saling memengaruhi dan berbalas, melalui penggambaran karakter Pak Jones dengan hewan ternaknya.

Pak Jones, rela mengorbankan tenaga dan waktunya untuk memberi makan hewannya dan menjaga mereka bukan semata-mata karena ia mengabdikan hidupnya untuk memastikan kesejahteraan hewan tersebut, tetapi untuk bertahan hidup. Karena dari pekerjaannya itu, ia dapat menghasilkan uang dan hidup.

Katakanlah, kita memiliki hubungan pertemanan yang terjalin dengan baik selama bertahun-tahun. Di sana, ada aspek “merasa diuntungkan” karena mendapatkan manfaat dari masing-masing pihak. Dalam bahasa Inggrisnya, “Take and Give” yakni “mengambil dan memberi kembali”, sebuah konsep yang mungkin masih kita terapkan dalam berhubungan dengan orang lain. Sebaliknya, jika hanya salah satu yang memberi dan tidak mendapatkan timbal balik, apakah nantinya tidak akan lelah? Baiknya kita memilih pergi, bukankah gambarnya begitu?

Simak berbagai berita dan artikel pilihan lainnya lewat WhatsApp Channel beritajateng.tv dengan klik tombol berikut:
Gabung ke Saluran

Tinggalkan Balasan