Ketulusan manusia, masih adakah?
Jadi, pertanyaannya, apakah manusia masih memiliki ketulusan?
Jika kata tulus merujuk pada banyak pengorbanan, dukungan, dan pengertian yang mendalam, bukankah berarti masih ada sedikit alasan keuntungan mengapa seseorang mau melakukannya.
Penelitian dari Stanford University yang terbit pada tahun 2002, manusia memiliki sifat egoisme psikologis yang mana mengklaim bahwa setiap orang hanya memiliki satu tujuan akhir, yaitu kesejahteraan sendiri.
Hal ini memungkinkan tindakan yang gagal memaksimalkan kepentingan pribadi yang dirasakan, tetapi mengesampingkan jenis perilaku yang ingin ditargetkan oleh para egois psikologis. Seperti perilaku altruistik atau motivasi oleh pikiran tentang tugas semata. Hal ini memungkinkan kelemahan kemauan. Karena dalam kasus kelemahan kemauan, saya masih bertujuan untuk kesejahteraan saya sendiri; saya lemah karena saya tidak bertindak sesuai dengan tujuan saya. Contohnya, membantu orang lain.
Kembali ke contoh pengorbanan di dalam ruang lingkup sosial, seperti pasangan yang rela berkorban demi mendapatkan kesenangan dalam dirinya. Atau mungkin, kerelaan tersebut untuk validasi terhadap dirinya karena ia mampu memberikan kebahagian terhadap orang lain. Kemudian ibu yang rela berkorban kepada anaknya. Hal ini karena ia mampu memberikan kebahagiaan usai melahirkan maupun membesarkannya, dari sini juga terdapat harapan agar anaknya mampu menjadi orang sukses.
BACA JUGA: Sudah Jatuh Tertimpa Suporter
Mungkin dari sini, kita bertanya-tanya mengapa kita tidak boleh berperilaku egois meskipun di dalam setiap diri manusia, pasti tertanam sifat “ingin diuntungkan” itu.
Egois, menurut saya, memang ada di setiap diri manusia, sebagai bentuk mekanisme bertahan hidup.
Namun, yang perlu kita ingat adalah bagaimana cara mengelola sifat egois itu dengan bijaksana. Egois itu netral, yang ada selama kita masih dalam membangun kepribadian yang autentik dan bermakna. Inilah bentuk egoisme yang tidak hanya memperbaiki diri sendiri, tetapi juga menciptakan ruang untuk menghormati orang lain. (*)