SEMARANG, beritajateng.tv – Bantuan sosial atau bansos beras 2025 akan dihentikan sementara. Adapun penghentian ini dalam rangka menjaga stabilitas harga gabah di pasaran.
Hal tersebut terungkap dari Badan Pangan Nasional (Bapanas). Tujuan dari pengentian sementara ini untuk menjaga harga di tingkat hulu, terutama menjelang panen raya.
”Untuk dua bulan ke depan, izinkan saya menjelaskan, SPHP dan bantuan pangan sementara di tiadakan. Kalau kita terus membanjiri pasar, harga gabah tidak bisa naik,” ujar Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi, Selasa 4 Februari 2025.
BACA JUGA: Dinas Sosial Ungkap Hampir 60 Persen Warga Jateng Terdaftar DTKS, Bakal Terima Bansos dari Kemensos
Arief menambahkan, kebijakan penghentian sementara bansos beras ini bertujuan untuk menyeimbangkan pasokan dan permintaan di pasar, dengan menjaga keseimbangan antara hulu dan hilir.
Saat ini, harga gabah di beberapa daerah masih berada di bawah Harga Pembelian Pemerintah (HPP) sebesar Rp 6.500 per kilogram. Di sisi lain, pemerintah juga berupaya meningkatkan kesejahteraan petani dengan menjaga harga yang adil.
Stok beras yang Bulog kelola, lanjut Arief, saat ini mencukupi dengan jumlah mencapai 1,9 juta ton. Hal ini berbeda dengan situasi sebelumnya, ketika stok beras berada di angka 600.000 ton hingga 1,2 juta ton, yang menyebabkan harga beras naik di pasaran.
Menyoal durasi penghentian ini, Arief menyebut bansos beras akan kembali di salurkan usai panen raya selesai, perkiraannya sekitar April.
Sebelumnya, pada awal Januari, Bapanas mengumumkan program bansos beras dialokasikan selama 6 bulan.
Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan juga mengungkapkan, besaran bantuan pangan berupa beras untuk Januari sampai Februari 2025 mencapai Rp6 triliun.
Nilai bantuan ini setara dengan 160 ribu ton untuk 16 juta penerima manfaat bansos beras. (*)