Sinematografi yang Menarik
Penggunaan aspek rasio gambar dalam film ini sangat mencolok. Ternyata, penyempitan layar yang terjadi saat transisi adegan justru memperindah dan menambah kedalaman dramatis pada visualnya.
Meskipun bukan sepenuhnya karya Hanung Bramantyo, ia telah menjelaskan bahwa permainan aspek rasio ini merupakan hasil kolaborasi dengan tim produksi lainnya.
Selain itu, penonton juga akan terpesona dengan desain set yang menarik, terutama pada set kamar kos Daku.
Sinematografi dalam film ini pun berhasil menangkap keindahan alam di berbagai lokasi, yang membuat penonton merasa seolah-olah diajak untuk beristirahat sejenak.
BACA JUGA: Promo Spesial di Reza Kaca Film Semarang, Hanya Rp 1,5 Juta Dapat Bonus!
Kisahnya Sederhana Namun Bermakna
Film Cinta Tak Pernah Tepat Waktu memiliki alur cerita yang cukup sederhana, namun inti dari film ini terasa lebih menarik karena penyajiannya dari perspektif pria.
Cerita tentang karakter Daku yang sering terdesak untuk segera menikah, serta ketakutannya terhadap komitmen, berpotensi mengundang emosi penonton, bahkan membuat pria merasa terkait dengan situasi tersebut.
Meski demikian, ketika penonton lebih mendalami film ini, mereka akan menemukan banyak pesan mendalam tentang cinta dan kehidupan, terutama bagi mereka yang sedang berjuang untuk cinta sejati. (*)