Lebih jauh, Sucipto menduga ada beberapa kemungkinan mengapa kesalahan fatal tersebut bisa terjadi di institusi pendidikan.
BACA JUGA: Viral Al-Qur’an Utuh di Tengah Kebakaran Bank Jateng Cabang Klaten, Padahal Area Mushola Ludes
Salah satunya adalah, penanggung jawab proyek pembuatan papan nama hanya mengandalkan aplikasi dalam menerjemahkan huruf latin ke aksara Jawa.
“Itu nembak dari Google, dimasukkan ke aplikasi maka yang kemudian terjadi tidak memenuhi kaidah penulisan, yang harusnya sederhana selesai pada tingkat SD untuk nulis aksara Jawa,” kritiknya.
Yang kedua, lanjut Sucipto, tidak adanya pengawasan ketat dari atasan kepada pekerja di lapangan. Sehingga menyebabkan terjadinya miss komunikasi.
“Sebenarnya kesalahan ini tidak terjadi kalau proses penulisannya itu melibatkan salah satu guru bahasa Jawa saja,” tandasnya. (*)
Editor: Farah Nazila
Respon (2)