BACA JUGA: Debat Kedua Pilwalkot Semarang, Ini Program Agustin dan Yoyok dalam Optimalisasi Pendapatan Daerah
Menanggapi pertanyaan Iswar, Joko Joss mengatakan bahwa programnya adalah satu daycare di satu kawasan industri, bukan di tiap pabrik.
“Bahwa untuk meningkatkan kesejahteraan buruh tidak hanya terkait kenaikan upah, nonupah di upayakan supaya buruh sejahtera. Salah satunya ketika buruh bekerja harus ingat anak-anaknya di rumah bagaimana, sudah makan belum. Oleh sebab itu terobosan kami upayakan setiap kawasan industri ada satu. Satu kawasan satu daycare. Bukan satu pabrik satu daycare,” jelas Joko.
Ia pun juga mengatakan bahwa pengadaan program daycare ini melalui kolaborasi CSR perusahaan.
Kita kerja sama tidak harus pakai uang APBD, pakai CSR, pak Iswar,” ujar Joko.
Mendapati kesempatan untuk merespons Joko Joss, Iswar menyinggung terkait Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang pengelolaan keuangan daerah, daycare tersebut sulit terwujud. Terlebih, perusahaan sedang berusaha bersaing di tingkat global.
“Kolaborasi dengan Pemerintah Kota saya yakin tidak akan mungkin masuk kawasan industri keterkaitan dalam penggunaan APBD Kota Semarang. CSR bagian perusahaan, bagaimana mas Joko memaksa CSR mau membantu kolaborasi, apalagi daycare di masing-masing kawasan. Padahal perusahaan dituntut saingan di tingkat global,” ujar Iswar.
BACA JUGA: Buka Debat Pilwalkot Semarang, Visi Misi Agustina-Iswar: Rp25 Juta Per RT dalam Setahun
Joko pun meluruskan bahwa programnya tidak ada paksaan untuk perusahaan. Ia mengatakan bahwa pihaknya menggunakan kerja sama.
“Kita tidak ada kata memaksa. Misi kita kolaboratif, kerja sama. Kita ajak rembugan stakeholder di kawasan industri,”
“Jangan pesimis ketika teman-teman pengusaha kemampuan tidak kuat. Yang penting pemerintah ada keterbukaan,” jelasnya. (*)