Scroll Untuk Baca Artikel
HeadlineIndepth

Dari Gombel hingga Pinggir Pantai, Deretan Mal Kelas Atas Bakal Berdiri di Semarang, Investasi Capai Triliunan

×

Dari Gombel hingga Pinggir Pantai, Deretan Mal Kelas Atas Bakal Berdiri di Semarang, Investasi Capai Triliunan

Sebarkan artikel ini
mal baru Kota Semarang
Queen City Mall, salah satu mal di Kota Semarang yang menempati lahan eks Pasaraya Sri Ratu di Jalan Pemuda Semarang. (SRLand Properties)

Ia menuturkan, selain pusat perbelanjaan, masih di lokasi yang sama juga akan dibangun apartemen dan hotel. Bahkan kawasan tersebut akan menjadi Mix Used Building pertama di Jawa Tengah.

“Kami 100 persen optimis menambah kunjungan mal. Semua project kita analisa cukup lama, bahwa Mix Used Concept lah yang paling succesfull jika berupa kawasan komplet. Dimana pengunjung turun bisa langsung ke mal, naik bisa langsung ke apart atau hotel,” imbuhnya.

Sedikit nostalgia, Pasaraya Sri Ratu merupakan salah satu pusat perbelanjaan yang memiliki tempat spesial di hati masyarakat Kota Semarang. Yang paling berkesan, antara lain, adalah sensasi AC yang terasa saat melintasi Jalan Pemuda, depan Pasaraya Sri Ratu.

Queen City ubah nama demi ikuti zaman

Meski kini telah bertransformasi menjadi Queen City Mall, hal kecil seperti itu masih dipertahankan. Menurut Vonny, mereka menggunakan AC dengan spesifikasi 1,5 kali lebih besar dari kapasitas mal.

“Kita berubah nama menjadi Queen City Mall karena kita harus memperbaiki citra dan mengikuti zaman. Pada saat pembukaan juga ada pameran Our Journey kita pajang banyak sekali artefak-artefak Sri Ratu dari tahun 1978 seperti piring, koin mainan, sampai voucher,“ ungkap Vonny.

Tak hanya itu, untuk nostalgia kejayaan Sri Ratu, nantinya, pada Imlek 2024, Queen City Mall juga sudah mempersiapkan event bertajuk “Lantern Festival – 1000 Lights of Prosperity”, yang mana Queen City Mall akan berhias 1.000 lampion.

“Ini diharapkan dapat mengulang legenda Sri Ratu sebagai pionir perayaan imlek terbesar dan terlengkap di Semarang,” ucapnya.

BACA JUGA: Wow! UTOPIA Semarang Hadirkan Pameran Seni Imersif yang Bisa Diakses Kelima Panca Indera

Ia menambahkan, ada sekitar 10 tenant, yang belum ada di Semarang yang secara eksklusif hadir di Queen City Mall.

“Yang membuat mereka akhirnya yakin untuk buka di Semarang adalah, they believe in the brand, karena Sri Ratu tidak pernah ada bad impression,. Image Sri Ratu selalu terjaga, jadi mereka yakin dan percaya sama kita,” jelasnya.

Vonny mengungkapkan dalam sehari jumlah pengunjung Queen City Mall bisa mencapai 15 ribu orang. Sementara saat weekend atau event tertentu bahkan bisa mencapai 20 ribu sampai 25 ribu orang.

Vonny pun berharap, dengan persaingan pusat perbelanjaan yang semakin ketat, para investor kian tertarik untuk berinvestasi di Kota Semarang. Hal tersebut karena Kota Semarang masih bisa jauh lebih berkembang daripada saat ini.

“Kalau misal banyak yang invest pasti mereka (brand ternama) pada masuk semua. Kita nggak boleh kalah dengan Surabaya dan Jakarta,” pungkasnya.

Mal legend Ciputra pertahankan eksistensi

Menjamurnya mal di Kota Semarang ini menimbulkan tantangan baru pada pengelola mal yang lebih dulu ada. Mal Ciputra Semarang terkenal sebagai salah mal tertua di Kota Semarang. Resmi buka pada Desember 1993 silam, Mal Ciputra Semarang berhasil bertahan dan terus berkembang di tengah maraknya pembangunan mal baru.

Promotion Manager Mal Ciputra Semarang, Catur Agus Joko Widodo, mengungkapkan, persaingan mal di Kota Semarang memang kian terasa. Hal tersebut tak lepas dari Pemkot Semarang yang memandang investasi semakin seksi, terutama dalam sektor properti.

BACA JUGA: Viral Pengunjung Terkunci Tengah Malam di Parkiran, Ini Klarifikasi Mal Ciputra Semarang

Catur mengatakan, saat ini sektor properti yang menarik bukan lagi office building, melainkan shopping center atau pusat perbelanjaan. Salah satu alasannya antara lain karena investasi pada pusat perbelanjaan akan berdampak positif ke banyak sektor.

“Dengan adanya investasi bidang shopping center itu ternyata tidak hanya satu sektor saja yang terkena terdampak, tetapi sektor yang lain. Misal adanya lapangan pekerjaan baru. Kemudian Pemkot juga mensyaratkan tenant-tenant penyewa itu sekian persen untuk lokal atau untuk UMKM. Jadi kalau saya melihat Pemkot memang sudah mulai aware tentang prospek bisnis yang menguntungkan di Kota Semarang,” katanya kepada beritajateng.tv, Jumat, 12 Januari 2024.

Meskipun hal tersebut menyebabkan persaingan antar mal tak terelakkan dan semakin ketat, Catur menegaskan menjamurnya mal baru tak membawa dampak buruk bagi Mal Ciputra. Menurutnya, munculnya mal-mal baru tersebut malah membuat pihaknya semakin terpacu dan termotivasi dalam memberikan pelayanan dan menerapkan standar-standar terbaik bagi para konsumen.

Tak lagi patok target kunjungan tinggi

Bagi Catur, hal demikian juga yang seharusnya dirasakan oleh pelaku usaha sejenis. Apalagi, mereka juga tergabung dalam asosiasi, yakni Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia.

“Kami disatukan dalam asosiasi dimana ada benang merah yang kami bisa taati dan masing-masing saling menghormati,” imbuhnya.

Lebih lanjut, pengunjung Mal Ciputra hingga saat ini masih bertahan pada angka sekitar 25.000 hingga 30.000 orang per harinya. Atau mencapai 1 juta pengunjung tiap bulannya. Catur mengungkapkan, pihaknya sendiri sebenarnya tidak lagi menetapkan target kunjungan yang tinggi. Apalagi, persaingan mulai terbagi dengan adanya mal-mal baru.

BACA JUGA: Grand Expo Wedding 2023 di Mal Ciputra Diramaikan Puluhan Vendor

Namun demikian, Mal Ciputra Semarang berkomitmen untuk tetap konsisten mempertahankan eksistensi. Yaitu dengan menghadirkan berbagai event, tenant brand terkenal, hingga konsep belanja yang up to date.

“Kami itu kan banyak disebut sebagai ‘Mal Legend’, nah namanya legend itu berarti tetap dikenang, tetap diingat, tetap eksis. Kami ingin tetap menjadi mal pilihan bagi masyarakat. Tahun ini kami mengambil tema ‘My Choice’ atau ‘Pilihanku’ jadi walau kami sudah tua tetapi isinya tetap kekinian dan tidak ketinggalan zaman,” imbuhnya.

Pengamat sebut bersaing dengan e-commerce

Pembangunan mal baru di Ibukota Jawa Tengah menyimpan alasannya tersendiri. Pengamat ekonomi Undip Wahyu Widodo mengungkap, Kota Semarang tak hanya potensial secara ekonomi. Lebih dari itu, Upah Minimum Regional (UMR) Kota Semarang yang lebih rendah ketimbang ibukota provinsi lainnya di Jawa Barat dan Jawa Timur menjadi alasan lain menjamurnya mal di wilayah ini.

“Disamping potensi ekonomi, upah Jateng itu lebih rendah dibanding Jatim dan Jabar. (Pertumbuhan) bukan hanya di mal, tetapi pada industri lain seperti manufaktur juga,” ujar Wahyu.

Karena itu, terintegrasinya Kota Semarang dengan kabupaten/kota penghubung, menurut Wahyu, juga menjadi hal menarik bagi investor untuk menanamkan modalnya.

BACA JUGA: Kanwil DJP Jawa Tengah I Hadirkan Layanan PPS di Mal Semarang

“Perkembangan Kota Semarang umumnya dengan kabupaten/kota lain seperti Kabupaten Semarang, Kendal, Demak, dan Kudus itu semakin terintegrasi. Mobilitas orang juga semakin mudah, wajar investor memilih Kota Semarang karena infrastrukturnya jauh semakin baik,” bebernya.

Selain berdampak pada investor, ramainya pembangunan mal ini bagi Wahyu juga bisa memberikan efek pertumbuhan ekonomi ke sektor lain, khususnya ke sektor menengah ke bawah. Efek itu Wahyu sebut dengan multiplier effect atau efek pengganda.

“Dengan adanya mal itu ada kegiatan ekonomi baru, misalnya penyerapan tenaga kerja. Bisa juga menciptakan kegiatan ekonomi yang mendukung, semisal bagi tempat usaha kecil sekitar mal, warung-warung makan itu kan jadi makin ramai,” terangnya.

Kendati demikian, munculnya mal baru di Kota Semarang memantik pertanyaan publik apakah mal tersebut akan kuat bertahan. Terlebih di tengah gempuran e-commerce dan kebiasaan berbelanja masyarakat yang mulai beralih ke online.

Banyak mal baru Semarang, sejumlah pusat perbelanjaan terpaksa tutup

Menanggapi hal itu, Wahyu angkat bicara. Ia tak menampik tantangan bagi mal-mal baru Kota Semarang, utamanya pasca pandemi Covid-19 yang membuat perekonomian belum pulih sepenuhnya. Ia menyinggung, ada beberapa pusat perbelanjaan di Kota Semarang yang mulai menutup usahanya lantaran gulung tikar.

Namun, ia meyakini, investor yang menjadi penyokong mal-mal baru di Kota Semarang ini memiliki pertimbangan jangka panjang sehingga harapannya bisa bertahan dalam kurun waktu lama.

BACA JUGA: Mengenang Kejayaan Plasa Simpang Lima Semarang, Kian Redup Terkikis Waktu

“Untuk mal baru, yang namaya investasi sifatnya begini, ada investor yang risk taker, berani mengambil risiko. Jadi prospek pemikirannya jangka panjang. Beberapa mal yang ramainya pada awal itu wajar, sekaligus itu jadi tantangan,” jelasnya.

Sehingga, pola belanja masyarakat yang bergeser ke online bagi Wahyu membuat mal saat ini lebih variatif dan inovatif.

“Konsepnya mal-mal baru itu berubah, tidak cuma belanja, tetapi menawarkan hal lain,” tandasnya. (*)

Reporter: Elly Amaliyah, Made Dinda Yadnya Swari, Fadia Haris Nur Salsabila

Editor: Ricky Fitriyanto

Simak berbagai berita dan artikel pilihan lainnya lewat WhatsApp Channel beritajateng.tv dengan klik tombol berikut:
Gabung ke Saluran

Tinggalkan Balasan