Apalagi dari 74 kios yang ada, baru sekitar 60 persennya ditempati seutuhnya oleh para pelaku IKM. Menurutnya saat pelaku industri saat ini masih belum mau pindah seutuhnya, lantaran tidak berani spekulasi pindah ke Kawasan Industri Wijaya Kusuma.
“Mereka masih ada yang buka di rumah, di daerah Bugangan dan Barito. Istilahnya nggak mau spekulasi, karena mungkin sentra IKM ini belum dikenal. Untuk itu, kita tentu harus melakukan inovasi, agar mau pindah dan menempati kios yang ada,” paparnya.
Sementara itu, Ketua Komisi B DPRD Kota Semarang, Joko Susilo mendukung penuh langkah yang dilakukan oleh Disperin. Ia juga meminta Pemkot untuk membuka keramaian dengan . menggandeng pelaku IKM, misalnya dengan pasar tiban atau pameran produk IKM.
“Inovasi ini harus dilakukan, bukan hanya di sentra IKM, tapi juga sampai tingkat kelurahan dengan membuat pusat keramaian, seperti pasar tiban ataupun pameran IKM,” tuturnya.
Menurut Joko, IKM di Kota Semarang harus terus naik. Apalagi jika tidak ada pelaku usaha, perekonomian Kota Semarang tidak akan naik saat pandemi. Bahkan pertumbuhan, ekonomi pada 2021 disokong oleh para pelaku usaha naik IKM maupun UMKM.
“Laju pertumbuhan perekonomian di Kota Semarang pada 2021 di angka 5,61 persen. Capaian itu jauh dibandingkan tahun sebelumnya yang mengalami perlambatan, bahkan pada 2020 laju perekonomian Kota Semarang mengalami minus 1,85 persen. Untuk itu kami terus mendukung perkembangan bisnis di Kota Semarang lewat berbagai cara,” tambahnya. (Ak/El)