Catatan Editor

Di Balik Kesuksesan Film It Ends with Us: Eksplorasi KDRT yang Sureal

×

Di Balik Kesuksesan Film It Ends with Us: Eksplorasi KDRT yang Sureal

Sebarkan artikel ini
farah nazila
Farah Nazila. (Dokumen Pribadi)
BACA JUGA: Belajar dari Kasus Selebgram Cut Intan Nabila, Berikut Karakteristik Suami yang Berpotensi Melakukan KDRT

Selain itu, film ini tidak memberikan penjelasan mengapa Ryle memiliki motivasi untuk tetap menjalani pernikahan dengan Lily. Hal ini terlihat dari sebuah adegan Ryle melakukan gaslighting terhadap Lily setelah ia melakukan tindakan kekerasan terhadapnya. Kita sebagai penonton tidak mendapati sisi terang dari pemikiran Ryle, yang sebenarnya penting.

Mengingat tontonan ini yang membahas soal kebebasan perempuan dari kekerasan domestik, yang tentunya memposisikan penonton sebagai Lily, bukannya sebaiknya mengeksplorasi pemikiran pemeran utamanya? Dua jam lebih durasi film ini tapi tak ada jawaban soal ‘Kenapa perempuan tetap bertahan dalam hubungan toxic?’

Dale Cecka, pengacara kekerasan domestik dari AS, dalam artikelnya menyebut bahwa sebagian besar hubungan yang mengandung kekerasan, episode kekerasan, meskipun mengerikan, hanyalah puncak gunung es. Pelaku kekerasan biasanya menggunakan taktik isolasi sosial dan ekonomi, yang melemahkan kemampuan korban untuk melepaskan diri dari apa yang terjadi. 

It Ends with Us ini kadang-kadang mengisyaratkan bahwa apa yang Lily alami sebagai korban KDRT itu, cukup mudah, karena ia memiliki penyelamat seperti Atlas, ibunya, dan adik Ryle. Padahal, korban terjebak dan tidak memiliki akses ke support system atau strategi keluar. Ini adalah pedoman bagi pelaku kekerasan. Fakta bahwa Atlas yang masih mengharapkan cinta Lily merupakan ekspektasi konyol yang diinginkan pembaca layaknya berbicara dengan pengisi suara di ChatGPT.

BACA JUGA: Sinopsis The Crow, Film Antihero yang Bangkit dari Kubur buat Balas Dendam

Berbicara soal kekonyolan, ada satu hal lagi yang cukup saya sayangkan. Di bagian akhir film, terdapat penjelasan bahwa Ryle, di masa kecilnya, mengalami kejadian yang traumatis. Dimana, ia tak sengaja membunuh adiknya dengan pistol yang ia kira merupakan mainan. Nah, yang menjadi pertanyaan, apa korelasi dari dia yang tak sengaja membunuh adiknya, dengan dia yang menjadi pelaku kekerasan? 

It Ends with Us, film bergenre romantis ini mencoba untuk menyampaikan pesan bahwa romantisme dapat membutakan, bahkan mengaburkan perspektif para korban terhadap kekerasan yang ia terima.

Film ini pun memang tampil bak sinetron dengan teknis layar lebar. Bahkan filmnya sendiri tidak menampik itu, ketika di salah satu adegan, Ryle menyebut dirinya sebagai “laki-laki dari opera sabun”. Berbagai kebetulan dramatis, perkelahian meledak-ledak, sampai romantika sarat drama makin menguatkan identitas tersebut dan rupanya, mengantarkannya pada kesuksesan. Namun sayangnya, kisah cinta segitiga Lily Bloom, Ryle Kincaid, dan Atlas Corrigan yang terlalu manis itu menutupi esensi isu pahit penting yang seharusnya bisa lebih dieksplorasi. (*)

Farah Nazila
Editor beritajateng.tv

Simak berbagai berita dan artikel pilihan lainnya lewat WhatsApp Channel beritajateng.tv dengan klik tombol berikut:
Gabung ke Saluran

Tinggalkan Balasan