Di sektor wisata, pada tahun 2021 ini Jateng memiliki 350 destinasi wisata alam, dan 200 lebih destinasi buatan. Potensi ini menurutnya juga perlu dikembangkan. “Produk kerupuk lele dari Temanggung saat ini sudah merambah Vietnam dan Belanda. Sektor UMKM ini belum banyak tersentuh investasi. Sebagian besar masih ke industri besar,” ujarnya.
Kabid Perencana dan Pengembangan PTSP Jateng Tafiana Dewi Handayani mengatakan, pandemi berdampak pada semua sektor, termasuk sektor investasi. Selama 5 tahun sebelumnya investasi selalu meningkat, tetapi karena pandemi menurun. Meski begitu, pihaknya tetap berkomitmen menarik investasi karena merupakan salah satu upaya pemulihan ekonomi danbisa menyerap tenaga kerja. Pada triwulan I tahun 2021 nilai investasi yang masuk ke Jateng sebesar Rp 38,19 triliun dari target Rp 53,53 triliun atau terealisasi 71,43%.
“Tahun 2021 sudah meningkat dari 2020. Kami gelar Central Java Investment Business Forum untuk tarik investor dalam dan luar negeri terhadap peluang investasi yang ditawarkan. Jumlah peminat meningkat. Jateng ini masih seksi bagi tujuan investasi. Realisasi triwulan ketiga untuk PMA (Penanaman Modal Asing) lebih banyak di sektor listrik, air, dan gas. Sementara PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) banyak mengincar industri mineral non logam, transportasi, dan telekomunikasi,” katanya.