“Alhamdulillah, respon mereka baik. Respon mereka makin kangen sama almarhum,” katanya.
Sementara, Bryan Domani mengatakan, berupaya bisa memerankan tokoh Amer sebaik mungkin hingga bisa menyentuh emosi penonton.
Menurutnya, bentuk tubuh dan gerak gerik tidak bisa semua mirip seperti almarhum Amer. Namun, setidaknya, ia berupaya memunculkan energi dan emosi sosok Amer saat di sekitar orang-orang.
“Ini bukan film biografi tapi inspired by. Kalau bentuk tubuh, gerak-gerik ga bisa semua. Hal pertama yang aku tekankan energi Bang Amer, apa emosi yang ia berikan,” tuturnya.
Melalui film 172 Days ini, Bryan mengaku belajar banyak hal, antara lain adegan salat subuh, adegan ceramah dan dakwah, hafalan ayat-ayat baru, dan lainnya.
“Adegan salat subuh jamaah aku ga pernah mikir sebegitu banyak, semua hafidz quran, ustad. Lumayan deg-degan. Aku di kasih tahu adegan ceramah, aku tiba-tiba harus caru dakwah, ceramah, hafalan ayat baru, doa qunut,” ucap dia.
Menurutnya film 172 days ini punya jiwa sendiri. Dia berharap, Zira asli atau sang penulis novel bisa senang melihat film ini. Apalagi, melihat antusiasme masyarakat yang menonton membuat semakin yakin bahwa emosi dalam film tersebut tersampaikan. (*)
Editor: Elly Amaliyah