Berikutnya adalah kepastian pasar bagi hasil pertanian. Untuk itu, Pemprov Jawa Tengah menyiapkan peran Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) sebagai penopang distribusi dan pemasaran produk pertanian.
“Pasarnya nanti kita topang BUMD, Jateng Agro Berdikari,” ungkap Zulkifli.
BACA JUGA: Awal Musim Hujan, Petani Blora Pilih Tanam Cabai: Lebih Untung, Sekali Tanam Bisa Panen 10-15 Kali
Ia menegaskan, apabila seluruh ekosistem pertanian terintegrasi, mulai dari permodalan, pendampingan penyuluh, perlindungan asuransi, hingga akses pasar, maka pertumbuhan sektor pertanian di Jawa Tengah akan meningkat signifikan.
“Kalau permodalan, pendampingan, asuransi, dan market terselesaikan, saya kira pertumbuhan sektor pertanian akan cukup tinggi,” pungkasnya.
Sementara itu, Guru Besar FEB Undip, Prof. Firmansyah, mengingatkan bahwa tantangan terbesar masih berada pada kualitas tenaga kerja dan angka kemiskinan yang masih di kisaran satu digit.
“Target jangka panjang jelas, harus terus menekan kemiskinan dan meningkatkan kualitas pekerjaan. Tapi secara umum, Jawa Tengah on the right track menuju 2026,” ungkapnya.
Ia menekankan bahwa ke depan, strategi investasi Jawa Tengah perlu lebih menitikberatkan pada kualitas dan produktivitas agar masyarakat merasakan lebih luas manfaat pertumbuhan ekonomi. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi













