Semarang, 13/8 (beritajateng.tv) – rencana pemerintah untuk menaikkan hasil tembakau cukai menerima penolakan dari masyarakat. Gerakan Kebangkitan Tani Tengah Tengah (TANI) dengan kuat menolak rencana pemerintah untuk meningkatkan tarif cukai untuk tembakau (CHT) pada tahun 2022.
Ketua DPW Gerbang Tani Jawa Tengah, M. Chamim Irfani menghadapi Pemerintah tidak menaikkan suku bunga CHT pada tahun 2022. Karena, peningkatan tarif CHT akan berdampak pada semua komponen pemangku kepentingan dalam industri tembakau, salah satunya tembakau petani.
“Produk tembakau cukai memang ruang industri, tetapi perlu dipahami bahwa dampaknya sangat kuat untuk petani tembakau. Karena, setiap rencana untuk meningkatkan cukai harus menjadi dasar karena alasan menurunkan harga dan melambat penyerapan,” kata Chamim, “kata Chamim,” kata Chamim, “kata Chamim,” kata Chamim, “kata Chamim,” kata Chamim, ” Jumat (17/8/2021)
Kata Chamim, jika tahun depan diputuskan untuk bangkit kembali tanpa pertimbangan bahwa di industri produk tembakau (IHT) selalu ada komponen tembakau yang terkena dampak, pemerintah sama dengan pemerintah tidak berpihak pada orang-orang dan petani.
Karena, pemerintah berpikir secara sepihak. Sementara itu, peternak tembakau aspirasinya diabaikan. Terutama dalam periode pandemi Covid-19 yang terus mengenai perekonomian petani.
“Jika industri penyerapan melemah, produksi dan penjualan akan turun, ini membantu dampak negatif pada kesejahteraan petani tembakau dan cengkeh dan pekerja linting rokok. Apalagi situasi pandemi Covid-19 yang melanda global dan nasional, sedikit. IHT terganggu peregangan bersama dengan petani yang terlibat di dalamnya, “tambahnya.
Dia menambahkan, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 sangat mengancam pada IHT. Karena aturan mengatur penyederhanaan tinggi dan naik cukai.
“Kebijakan Sejajancitas dan peningkatan tarif cukai dampak pada penyerapan produk tembakau rendah dan mengancam keberadaan pabrik rokok. Juga petani tembakau mencapai dampaknya,” tambahnya.
(Nk)