“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha teliti. ( QS Al-Hujurat : 13) “
Dalam kitab tafsir karya Al-Thabari mengatakan bahwa Allah SWT, menjadikan manusia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku dari jenis garis keturunan yang berbeda-beda, agar mereka saling mengenal bukan karena untuk membedakan keunggulan dan derajat satu sama lain. Karena bagi Allah umat yang paling mulia di sisi-Nya adalah yang paling soleh dan bertakwa di antara mereka. Kesempurnaan bukan hanya terlihat dari bentuk fisik namun yang paling penting adalah kesempurnaan jiwanya.
Kesempurnaan jiwa menurut Ibnu Sina tergantung kepada iman seseorang dengan atas dasar ilmu dan amal.
Tidak hanya dalam surat alhujurot, dalam surah attin ayat 4 Allah juga berfirman;
“Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.
Dalam kitab tafsir karya Ibnu Katsir mengatakan bahwa Allah menciptakan manusia dalam postur tubuh yang terbaik, tegak, dan lurus. Selain itu, bagi al-Baghawi kesempurnaan manusia yaitu dianugerahi akal oleh Allah SWT, sehingga dapat menentukan sesuatu dengan bijak dan benar. Manusia diciptakan oleh Allah sebagai khalifah, dia menempati posisi sentral di bumi dan sebagai wujud keberadaaan dan kekuasaan Allah yang mewakili asma’ dan sifat-Nya.
Itulah ideologi sesat menurut pandangan zionisme Yahudi yang menyatakan bahwa hanyalah mereka yang berhak masuk surga.(*)